TUJUH METERAI DAN TEMPAT

KESUCIAN

 

 

 

 

Untuk mengaplikasikan secara tepat tujuh meterai itu, maka kita harus memiliki pengertian yang lebih baik mengenai upacara di kaabah kesucian sorga, yang aslinya, dan mengapa adanya itu sebagaimana diajarkan oleh kaabah kesucian bumi yang dibangun oleh Musa. (Iberani 8 : 5).

 

Dalam pembangunan dan upacara kaabah kesucian itu telah diungkapkan rencana penyelamatan. Ruangan yang pertama disebut tempat suci, dalam mana imam besar bertugas setiap hari dengan korban-korban dan berbagai macam jenis pemberian dan pembasuhan. Itu adalah suatu tempat bagi pengakuan dosa. Sekaliannya itu merupakan suatu bayangan dari pada perkara-perkara samawi, yang dengan jelas mengungkapkan rencana penyelamatan. Ruangan yang kedua, yang berada dibalik tirai, disebut "tempat yang maha suci," atau "yang tersuci dari pada sekaliannya," ia itu terbuka hanya pada hari ke sepuluh dari bulan yang ke-tujuh pada setiap tahun. Disanalah penebusan dari tuntutan hukum ditentukan. (Immamat 23 : 27 - 30; 16 : 34). Ia itu disebut hari grafirat, pehukuman, atau pembersihan dari kaabah kesucian. (Immamat 16 : 33; Daniel 7 : 10; 8 : 14). Ini adalah suatu hari bagi penghapusan dosa-dosa yang telah tertumpuk selama tahun itu, dan merupakan lambang dari hari grafirat yang besar itu; bukan dalam bentuk lambang, melainkan yang sesungguhnya. (Lihat Immamat 16 : 33. Juga buku The Great Controversy, halaman 485). Tempat duduk yang dibayangi oleh cherubim-cherubim itu yang disebut kursi pengampunan, membuktikan bahwa itu adalah suatu tahta kemurahan, dan sebab itulah suatu tahta pehukuman, dimana orang-orang berdosa dapat memperoleh kemurahan.

 

Keseluruhan acara itu yang terdiri dari imam, korban, dan upacara adalah merupakan sebuah contoh dari Kristus dan pelayanan-Nya di dalam kaabah kesucian sorga, yang didirikan oleh Tuhan sendiri dan bukan oleh manusia. (Lihat Iberani 8 : 2, dan buku The Acts of the Apostles, halaman 14). Tempat suci itu diperuntukkan bagi pengakuan dosa, tetapi tempat yang maha suci adalah bagi penghapusan dosa.

 

Sementara upacara-upacara di dalam kaabah kesucian bumi berlangsung, maka tidak mungkin ada upacara apapun di dalam kaabah kesucian sorga sampai setelah Kristus naik dan menjadi Imam Besar kita. (Lihat Iberani pasal 8). Oleh sebab itu, apabila upacara-upacara di dalam kaabah kesucian sorga dimulai, maka upacara-upacara di dalam kaabah kesucian bumi sudah akan berakhir. Para pelaksana ibadah yang benar di dalam kaabah kesucian bumi, yang oleh imannya memandang ke depan kepada pelayanan dari kaabah kesucian sorga itu, mereka dimasukkan ke dalam buku-buku sorga sebagai pantas memperoleh hidup kekal. Catatan-catatan perbuatan mereka akan diperiksa apabila Kristus Imam Besar kita masuk dibalik tirai itu ke dalam tempat yang maha suci untuk menghapuskan dosa. (Lihat Daniel 7 : 10).

 

Roh Allah mengatakan: "Adalah tidak mungkin bahwa dosa-dosa manusia akan dihapuskan sebelum pehukuman pada saat mana perkara-perkara mereka akan diperiksa." - The Great Controversy, halaman 485. Selagi upacara-upacara di dalarn kaabah kesucian bumi berlangsung, kaabah kesucian sorga bertindak sebagai tempat penampungan bagi dosa-dosa yang diakui. Ini pun sama halnya di bawah pelayanan Kristus selagi Ia berada di dalam ruangan yang suci, sebelum Ia masuk ke dalam tempat yang maha suci.

 

Rencana Penyelamatan Mendahului Kejatuhan

 

Kaabah kesucian sorga itu adalah bagi pengakuan dan penghapusan dosa. Ia itu tidak mungkin ada sebelum dosa masuk lalu menyebabkan perlunya suatu susunan yang sedemikian itu. Walaupun upacara kaabah kesucian itu berasal pada mulanya setelah Adam berdosa, rencana penyelamatan senantiasa memang ada, dan telah diungkapkan dalam, dan oleh upacara kaabah kesucian itu. Dengan demikian rencana yang mendahului kejatuhan itu ada terdapat di dalam Kristus, di dalam Dialah senantiasa terdapat kuasa penebusan itu baik dimasa lalu maupun di masa mendatang bagi semua orang.

 

Apakah Kaabah Kesucian Itu

Tempat Yang Abadi Dari Tahta Allah ?


Selagi kaabah kesucian bumi itu berada, maka Allah telah menemui umat-Nya di dalam tempat yang maha suci, dimana kehadiran-Nya itu telah dinyatakan di antara cherub-cherub di atas kursi pengampunan. Oleh karena itu, maka sebagian orang telah mengambil pendirian, bahwa tempat yang kekal dari tahta Allah itu ada terdapat di dalam "yang tersuci daripada sekaliannya itu" dari kaabah kesucian sorga. Tetapi pendapat yang sedemikian ini bertentangan dengan contoh maupun contoh saingannya. Alasan yang pertama adalah, bahwa kaabah kesucian itu tidak selamanya ada, seperti yang dijelaskan terdahulu; kedua, tempat yang maha suci itu adalah tertutup selagi Kristus melayani di dalam tempat suci. Paulus mengatakan: "Bagi kita ada seorang Imam Besar yang sedemikian itu, yang duduk di sebelah kanan dari tahta dari Yang Maha Besar di dalam segala langit." (Iberani 8 : 1). Jika sekiranya tahta Allah itu terdapat di dalam "tempat yang maha suci pada waktu Kristus naik ke atas, maka Ia harus sudah memasuki "tempat yang tersuci dari sekaliannya itu," dengan secepatnya, dan bukan "tempat suci" yang dimasuki. Pendirian yang sedemikian itu bertentangan dengan Firman maupun dengan upacara itu. Allah telah menemui umat-Nya yang dahulu itu di dalam tempat yang tersuci dari sekaliannya itu, dimana disana, secara lambang, dosa-dosa mereka telah dihapuskan. Dengan demikian, ditunjukkan secara simbolis bahwa Ia tidak dapat menemui orang-orang suci-Nya itu,  secara muka dengan muka sebelum Ia berhasil menemui mereka itu di dalam "tempat yang maha suci" – setelah menghapuskan dosa-dosa mereka bukan secara simbolis, melainkan yang sebenarnya yaitu pada hari grafirat contoh saingan. Kami akan kembali membuktikan hal ini dari segi yang lain.

 

Pewahyu, dalam suatu khayalnya pada kira-kira tahun 96 T.M. yang lalu telah diijinkan untuk memandang ke dalam kedua ruangan itu. Suatu suara dari langit mengatakan kepadanya sebagai berikut: "Marilah kemari, maka aku akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang tak dapat tiada harus jadi kemudian kelak." Kemudian ia menyaksikan sebuah tahta yang tersedia, dan seseorang duduk di atas tahta itu, dan di depan tahta itu terdapat suatu laut kaca yang bagaikan kristal. (Lihat Wahyu 4 : 1 - 6). Suara itu mengatakan kepadanya, bahwa perkara-perkara yang dilihatnya itu akan jadi "kemudian kelak"; artinya, di masa depan semenjak dari saat khayal itu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa tidak terdapat tahta apa pun pada waktu itu yaitu kira-kira 62 tahun setelah Kristus naik kembali kepada Bapa. Oleh sebab itu, Kristus duduk di sebelah kanan Allah, tetapi bukan di atas tahta di dalam kaabah kesucian. Jadi bagaimana? Adakah Allah mempunyai lebih dari satu tahta? "Tahta" ialah sebuah tempat duduk, maka dimana saja Allah duduk, maka disanalah terdapat tahta-Nya. Perhatikanlah bahwa "sekeliling dan di hadapan tahta" di dalam kaabah kesucian terdapat "laut kaca."

 

Sekarang kita akan baca dari hal sebuah tahta yang lain: "Lalu ia menunjukkan kepadaku sebuah sungai yang murni yang berisikan air hayat, yang jernih seperti kristal, mengalir keluar dari pada tahta Allah dan Anak Domba itu." (Wahyu 22 : 1). Sekali lagi, perhatikanlah bahwa dari salah sebuah tahta-tahta itu mengalir keluar "air hayat," tetapi dari tahta yang lain, "laut kaca". Oleh sebab itu ada dua tahta. Kristus duduk pada sebelah kanan Allah di atas tahta dari mana mengalir keluar "air hayat," karena inilah tahta itu yang disebut "tahta Allah dan Anak Domba itu." Inilah tempat bersemayam Allah yang kekal itu; tetapi tahta yang terdapat di dalam kaabah kesucian itu telah ditaruh hanya untuk selama waktu itu (Lihat Daniel 7 : 9, 10), yaitu selama Kristus bertugas di dalam tempat yang maha suci, dan itu adalah sebuah tahta pehukuman - untuk menghapuskan dosa-dosa dan memberikan pahala-pahala. Tahta dari mana mengalir keluar sungai kehidupan itu ialah sebuah tahta kehidupan dan kekekalan.

 

Dimanakah Tahta Itu Terlihat Oleh Yahya?

 

Wahyu 4: 1, 2, 4 - 6 berbunyi: "Sesudah ini aku tampak, maka tengoklah, sebuah pintu terbuka di sorga; maka suara yang pertama sekali ku dengar itu adalah bagaikan bunyi sangkakala yang berbicara kepadaku, katanya: "Naiklah kemari, maka aku akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang tak dapat tiada harus jadi kemudian kelak. Dan segeralah aku berada dalam roh; maka tengoklah, sebuah tahta berdiri di sorga, dan seseorang duduk di atas tahta itu ….. Maka sekeliling tahta itu terdapat dua puluh empat tempat duduk; dan pada tempat duduk-tempat duduk itu aku tampak dua puluh empat tua-tua sedang duduk, yang berpakaian putih-putih, dan di atas kepala mereka terdapat mahkota-mahkota emas. Maka keluarlah dari tahta itu beberapa kilat dan guruh-guruh dan suara-suara; maka adalah disana tujuh buah pelita yang bernyala-nyala di depan tahta itu, yaitu tujuh roh Allah. Dan di hadapan tahta itu terdapat suatu laut kaca yang bagaikan kristal; dan di tengah-tengah tahta itu, dan sekeliling tahta, terdapat empat binatang yang penuh dengan mata di depan dan di belakang."

 

Gambaran dari tempat itu adalah sedemikian rupa, sehingga ia itu membuktikan keberadaannya di dalam kaabah kesucian sorga. Inipun ditunjang oleh Roh Nubuat sebagai berikut: "Seperti dalam khayal rasul Yahya telah diijinkan melihat Kaabah Allah di dalam sorga, maka ia telah menyaksikan di sana 'tujuh buah pelita yang bernyala-nyala di depan tahta'. Ia melihat seorang malaikat 'memegang sebuah pedupaan emas; dan telah dikaruniakan kepadanya banyak kemenyan, supaya ia mempersembahkannya bersama-sama dengan doa-doa dari segala orang suci di atas medzbah keemasan itu yang berada di depan tahta.' Di sini nabi itu telah diijinkan untuk memandang ke ruangan yang pertama dari kaabah kesucian itu di dalam sorga; dan disana ia melihat 'tujuh buah pelita dengan api' dan ‘medzbah keemasan itu' yang dilambangkan oleh kaki dian emas dan medzbah pedupaan di dalam kaabah kesucian di bumi. Kembali lagi, 'kaabah Allah itu telah terbuka', dan ia telah melihat ke dalam di batik tirai itu, pada tempat yang maha suci. Di sini ia menyaksikan 'tabut perjanjian-Nya itu,' yang dilambangkan oleh peti suci yang dibuat oleh Musa yang berisikan hukum Torat Allah." - Patriarchs and Prophets, halaman 356.

 

Di dalam kaabah kesucian bumi, hanya imam besar yang diperbolehkan bertugas di dalam ruangan yang kedua, di balik tirai, maka ini telah dipahami oleh sebagian orang, bahwa tahta yang dilihat oleh Yahya itu tidak mungkin telah berada di dalam ruangan yang maha suci, sebab dua puluh empat tua-tua itu berada di depan tahta. Pendapat sedemikian itu tidak benar karena adalah tidak masuk akal untuk berpendirian, bahwa Allah akan memindahkan tahta-Nya dari "ruangan yang maha suci" itu, ke "ruangan suci atau tempat suci" itu, dari pada para tua-tua itu saja yang masuk ke dalam tempat yang maha suci itu di depan tahta. Selanjutnya, adalah justru tahta dari Dia Yang Kekal itulah yang telah membuat ruangan yang kedua itu menjadi maha suci. Oleh karena itu, jika kita mengambil pendirian bahwa tahta Allah itu telah dipindahkan ke dalam ruangan yang pertama, maka ruangan itu sendiri pun akan menjadi "tempat yang maha suci." Dengan demikian, jika sekiranya para tua-tua dan empat binatang atau mahluk-mahluk itu memang tidak diperbolehkan berada di dalam ruangan yang kedua di depan tahta, mereka tentunya tidak akan diperbolehkan juga berada di dalam ruangan yang pertama dihadapan tahta. Oleh mengambil sesuatu pendirian apapun yang lain dari ini, akan berarti mengatakan bahwa ruangan itu adalah lebih suci dari pada Khalik dan tahta-Nya.

 

Menurut Paulus upacara-upacara di balik tirai kemah perbaktian bumi itu tidak dapat menjelaskan semua apa yang terjadi di dalam kaabah kesucian sorga. Katanya: "Dengan ini Rohul kudus menyatakan, bahwa jalan ke dalam tempat yang maha suci itu belum lagi dinyatakan, selagi sementara kemah perbaktian yang pertama masih berdiri." (Iberani 9 : 8). Oleh sebab itu, maka kita harus mencarikan kebenaran dari hal upacara-upacara di dalam kaabah kesucian sorga itu dari segi pandangan yang lain. Kami mengutip Daniel 7 : 9, 10 sebagai berikut: "Aku memandang sampai tahta-tahta itu didudukkan, lalu Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu duduklah, pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut kepala-Nya bagaikan bulu domba yang asli; tahta-Nya adalah seperti nyala-nyala api, dan roda-roda-Nya seperti api yang bernyala-nyala. Maka suatu sungai api mengalir keluar dan muncul dari hadapan-Nya, maka beribu-ribu orang berbakti kepada-Nya, sepuluh ribu berdiri di hadapan-Nya; maka majelis hukumpun duduklah, dan semua buku dibukakan."

 

Kepada nabi itu diperlihatkan permulaan dari pehukuman (grafirat) itu, atau sebagaimana juga disebut penyucian kaabah kesucian itu, yang berlangsung di dalam ruangan yang maha suci; karena katanya, "majelis pehukuman itu duduklah, dan buku-buku dibukakan." Sekarang perhatikanlah, bahwa "Beribu-ribu orang berbakti kepada-Nya dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu, berdiri di hadapan-Nya." Dengan demikian kita saksikan, bahwa Paulus adalah benar, bahwa upacara di kaabah kesucian sorga itu belum sepenuhnya dinyatakan oleh upacara di kaabah kesucian bumi. Walaupun hanya imam besar saja yang diperbolehkan memasuki tempat yang maha suci di dalam kaabah kesucian bumi, ternyata suatu rombongan yang tak terhitung banyaknya telah memasuki kaabah kesucian sorga. Oleh sebab itu, maka dimanakah bukti bahwa para tua-tua itu tidak mungkin berada di dalam ruangan yang maha suci? Adalah tidak mungkin untuk mengaplikasikan kegenapan dari 2300 hari nubuatan atau tahun dari khayal Daniel di dalam pasal 8 ayat 14 kepada sesuatu masa yang lain dari pada pehukuman dalam tahun 1844 itu.

 

Periode nubuatan ini dimulai semenjak keluarnya perintah untuk membangun kembali Yerusalem. (Daniel 9 : 25). Keputusan yang dikeluarkan oleh raja Persia itu telah dilaksanakan dalam tahun 457 s.T.M. (Lihat Ezra 7). Oleh sebab itu ia itu berakhir dalam tahun 1844, pada waktu mana Kristus beralih dari "tempat suci" ke dalam "tempat yang maha suci." Untuk penyelidikan selanjutnya, bacalah The Great Controversy, halaman 486.

 

Kami akan berusaha membuktikan, bahwa khayal dari Daniel itu adalah mengenai peristiwa yang sama dengan apa yang disaksikan oleh Yahya. Daniel berbicara mengenai tahta-tahta (jamak), kemudian ia menunjukkan perbedaan tahta Allah itu (Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu) oleh adanya "aliran api" yang keluar dari hadapan-Nya. Buku Daniel adalah sebuah nubuatan, tetapi khayalnya Yahya ialah sebuah wahyu. Daniel mengatakan, bahwa ia melihat "tahta-tahta", tetapi Yahya memberikan kepada kita angka bilangannya - yaitu dua puluh lima buah seluruhnya. (Wahyu 4 : 2, 4). Daniel mengatakan, "suatu aliran api keluar dari hadapan-Nya"; Yahya menceriterakan kepada kita apa yang dimaksudkan dengan aliran itu: Yaitu "laut kaca yang bercampur dengan api." (Wahyu 4 : 6; 15 : 2). Daniel mengatakan: "Beribu-ribu ….  dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu berdiri di hadapan-Nya." Yahya menceriterakan kepada kita siapa-siapa mereka itu: "Dan aku memandang, maka aku dengar suara dari banyak malaikat yang mengelilingi tahta itu dan binatang-binatang itu dan para tua-tua itu; maka bilangan mereka itu adalah sepuluh ribu kali sepuluh ribu, dan beribu-ribu." (Wahyu 5 : 11). Daniel mengatakan: "majelis pehukuman itu duduklah dan buku-buku dibukakan." Yahya menambahkan, bahwa salah satu dari buku-buku itu terdapat di dalam tangan Dia yang duduk di atas tahta dan sedang tersegel dengan tujuh meterai. (Wahyu 5 : 1). Dengan demikian Yahya memberikan kepada kita wahyu yang lebih jelas mengenai peristiwa yang sama.

 

Pintu yang dilihatnya "terbuka" itu ialah tirai yang memisahkan "ruangan suci" dari pada "ruangan yang maha suci," karena tidak ada lagi pintu yang lain yang tetap ditutup selain itu. Oleh sebab itu, maka perkataan "kemudian kelak" yang terdapat di dalam pasal 4 ayat 1 itu berarti semenjak dari masa khayal itu - menuju ke depan sampai ke tahun 1844.

 

Walaupun imam dari kaabah kesucian bumi telah memasuki "tempat yang maha suci" hanya sekali setahun, menurut Paulus, Kristus ternyata telah memasuki "tempat suci" itu sekali untuk selamanya. (Lihat Iberani 9 : 12). Dan dari hal waktu itu rasul itu mengatakan, bahwa Ia akan "hadir ke hadapan hadirat Allah bagi kita," di dalam "tempat yang maha suci." (Ayat 24). Oleh sebab itu, Kristus tidak mungkin memasuki ruangan pertama itu sebagai imam sebelum kebangkitan-Nya dari mati, pada waktu mana Ia telah menjadi Imam Besar kita. Juga tidak mungkin Ia memasuki tempat yang maha suci itu dalam jabatan itu sebelum hari pehukuman, karena Paulus mengatakan, Ia "memasukinya hanya sekali." Jadi nubuatan oleh Daniel dan Wahyu oleh Yahya itu tidak mungkin mengenai peristiwa lain selain dari permulaan pehukuman pada saat yang disebutkan itu (tahun 1844).

 

Hanya mereka yang nama-namanya ada tersurat di dalam buku hayat Anak Domba yang akan dibawa masuk ke hadapan hadirat Allah - di dalam "tempat yang maha suci." Kata rasul itu: "Jadi Saudara-Saudara, kita memiliki keberanian untuk masuk ke dalam tempat yang maha suci itu karena darah Yesus." (Iberani 10 : 19). Karena khayal yang sama ini masih berlanjut, maka kita melangkah ke pasal lima dan enam dari buku Wahyu.

 

Mengutip pasal 5 : 1, 3, 5 – 7 ; 6 : 1 yang berbunyi: "Maka aku melihat di dalam tangan kanan Dia yang duduk di atas tahta itu ada sebuah buku yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya, yang disegel dengan tujuh buah meterai.......... Dan tak ada seorang pun di sorga, atau pun di bumi, yang mampu membuka buku itu, atau pun memandang ke atasnya …… Maka salah seorang dari para tua-tua itu mengatakan kepadaku: Janganlah menangis, tengoklah, Singa dari suku bangsa Yehuda, yaitu Akar Daud, telah menang untuk membuka buku itu, dan untuk melepaskan ketujuh meterainya itu. Lalu aku melihat, maka heranlah, di tengah-tengah tahta dan keempat binatang itu, dan di tengah-tengah para tua-tua itu, berdiri seekor Anak Domba yang seperti pernah tersembelih, ia memiliki tujuh tanduk dan tujuh mata, yaitu tujuh Roh Allah yang diutus ke dalam seluruh bumi. Maka datanglah ia lalu mengambil buku itu dari dalam tangan kanan Dia yang duduk di atas tahta itu......... Maka aku tampak setelah Anak Domba itu membuka salah satu dari pada meterai-meterai itu."

 

Buku yang tersegel dengan tujuh buah meterai itu, di dalam tangan kanan dari Hakim Agung itu, tak dapat tiada harus berisikan nama-nama dari mereka yang dosa-dosanya akan dihapuskan. Karena ini adalah satu-satunya buku yang "tidak seorang pun di sorga maupun di bumi …. mampu membukakannya, atau pun memandang ke atasnya," terkecuali Anak Domba itu yang berdiri di hadapan tahta (Lihat pasal 5 : 1 - 9), maka jelaslah tak dapat dibantah bahwa buku dengan tujuh meterai itu ialah buku yang disebut "Buku Hayat Anak Domba." Dan bersamanyalah sidang pehukuman itu dibuka. Persidangan yang sama ini juga diulangi di dalam Wahyu 20 : 12 yang berbunyi: "Dan aku tampak orang-orang mati, kecil dan besar, berdiri di hadapan Allah; maka buku-buku dibuka; maka ada sebuah buku lain yang terbuka, yaitu buku hayat; maka segala orang mati itu diadili sesuai dengan segala perkara yang tersurat di dalam buku-buku itu, sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka." (Lihat buku The Great Controversy, halaman 480). Oleh karena ini tidak mungkin dapat disangkal, maka jelaslah bahwa suatu landasan bagi pengaplikasian meterai-meterai itu telah ditegakkan.

 

Kami mengutip injil mengenai empat meterai yang pertama itu sebagai berikut: "Maka aku tampak, dan tengoklah seekor kuda putih, dan dia yang duduk di atasnya itu memiliki sebuah panah; maka sebuah mahkota dikaruniakan kepadanya, lalu keluarlah ia dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi. Maka setelah Ia membuka meterai yang kedua, aku dengar binatang yang kedua itu mengatakan: 'Marilah kemari dan lihatlah. 'Dan keluarlah seekor kuda yang merah warnanya; maka kepada orang yang duduk di atasnya itu dikaruniakan kuasa untuk mengambil perdamaian dari bumi, sehingga orang berbunuh-bunuhan; dan sebilah pedang yang besar dikaruniakan kepadanya. Maka setelah Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga aku dengar binatang yang ketiga itu mengatakan: 'Marilah dan lihatlah.' Dan aku tampak adalah seekor kuda hitam, dan orang yang duduk di atasnya itu memiliki sepasang neraca timbangan didalam tangannya …… Maka setelah ia membukakan meterai yang ke empat aku dengar suara binatang yang ke empat itu mengatakan, 'Marilah dan lihatlah.' Maka aku tampak seekor kuda kelabu, dan orang yang duduk di atasnya itu Maut namanya, maka alam maut itu mengikuti sertanya. Maka kuasa dikaruniakan kepada keduanya atas seperempat bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan, dan dengan kematian, dan dengan segala binatang yang di bumi." (Wahyu 6 : 2 - 5, 7, 8).

 

Sebagian orang telah mengaplikasikan tujuh meterai dari Wahyu pasal enam itu kepada sidang dalam sejarah Wasiat Baru, tetapi simbol-simbol itu adalah bertentangan terhadap pengaplikasian itu. Dalam baik sejarah Wasiat Lama maupun sejarah Wasiat Baru, sidang Allah telah dilambangkan oleh seorang perempuan yang murni. (lihat Yeremiah 6 : 2; Wahyu 12 : 1). Ilham tidak merubah apa pun mengenai aturan bagi sesuatu lambang terhadap sesuatu sidang yang tidak benar, karena di dalam Wahyu 17 : 1, 4, 5, seorang perempuan sundal telah digunakan untuk menunjukkan sebuah sidang, atau sidang-sidang yang jatuh atau tidak benar. Perubahan dari aturan ini (dari "perempuan" menjadi "laki-laki" atau "kuda") tidak mungkin ditemukan dimanapun di dalam Alkitab..

 

Bukan saja tidak berdasarkan firman mengaplikasikan orang-orang dan kuda sebagai lambang-lambang bagi sidang, tetapi bahkan sama sekali adalah tidak cocok. Juga tidak ada satu pun bukti yang dapat dikemukakan untuk menunjukkan, bahwa meterai-meterai itu berlaku hanya terhadap sejarah Wasiat Baru. Oleh sebab itu, maka pengaplikasian simbol-simbol itu harus dicari di tempat lain. Dengan demikian kita ditantang untuk perlu melakukan penyelidikan mendalam terhadap masalah itu. Menurut nasehat dari hamba Tuhan, kita dianjurkan untuk menyelidiki hal ini, karena di dalamnya terkandung suatu kebenaran penting bagi orang-orang yang kelak mengambil bagian dalam pekerjaan Injil yang terakhir. Mengutip Testimonies For the Church, Jilid 9, halaman 267 berbunyi: "Wahyu pasal lima harus diselidiki dengan saksama. Ini adalah sangat penting bagi orang-orang yang kelak mengambil bagian dalam pekerjaan Allah bagi zaman akhir ini."

 

Kalau saja pasal itu sudah dapat dipahami, dijelaskan, dan diterbitkan dengan sepatutnya, sebelum kesaksian di atas ditulis, maka sudah tidak perlu lagi adanya desakan ini. Selanjutnya jika sekiranya ia itu telah dijelaskan di masa lampau, mengapakah pelajaran itu adalah demikian besar pentingnya? Dan siapakah yang bertanggung jawab untuk penyampaiannya kepada dunia? Tetapi pasal lima itu, jika dipisahkan dari pasal empat dan pasal enam, maka ia itu tidak mungkin dapat dimengerti, sebab sekalian pasal itu berisikan satu pokok masalah, yaitu, tujuh meterai itu. Pasal lima telah disebutkan, sebab itu adalah inti dan kunci dari pada pokok masalah itu.

 

Adalah tidak mungkin untuk dapat memahami secara tepat pelajaran tentang meterai-meterai itu di dalam pasal enam saja tanpa kita mengetahui sesuatu mengenai "para tua-tua" itu, "buku" itu, dan "binatang-binatang" itu dari pasal empat, dimana khayal itu telah dimulai. Bilamana kita mendapatkan sebagian pengetahuan dari hal kewajiban-kewajiban mereka itu di hadapan tahta, dan maksud daripada adanya perhimpunan maupun kesempatan itu, maka hanya itulah baharu dapat kita mengaplikasikannya dengan sepatutnya sehingga dapat tahan uji.

 

Jika arti dari setiap simbol itu tidak dijelaskan sampai cocok sehingga ia itu tidak lagi menimbulkan kontradiksi, dan jika sebuah pelajaran kebenaran sekarang dengan pengertian khusus tidak dapat diambil dari padanya, maka hasil interpretasi itu tidak mungkin dapat diharapkan dan tidak akan ada kebenaran di dalamnya. Allah tidak akan terus memberikan pengertian berulang-ulang secara sia-sia, Ia juga tidak akan menghabiskan waktu dari hamba-hambaNya untuk menuliskan semuanya itu. Oleh sebab itu, maka setiap simbol yang kecil pun memiliki artinya sendiri, dan mengungkapkan suatu kebenaran besar.

 

Pehukuman dan Meterai-meterai -- Wahyu

Pasal 4


Ayat 1 : "Sesudah ini aku tampak, maka tengoklah, sebuah pintu terbuka di sorga; maka suara yang pertama sekali kudengar itu adalah bagaikan bunyi sangkakala yang berbicara kepadaku, yang mengatakan: 'Naiklah kemari, maka aku akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang tak dapat tiada harus jadi kemudian kelak." Pintu yang terbuka itu tidak mungkin lain dari pada pintu yang memisahkan kedua ruangan itu juga; yaitu, yang memisahkan tempat suci dari tempat yang maha suci, di dalam kabaah kesucian sorga, seperti yang diperlihatkan oleh kaabah kesucian bumi yang dibangun oleh Musa dahulu. Ruangan itu akan terbuka pada permulaan dari pehukuman, merupakan contoh oleh hari grafirat seperti yang dijelaskan terdahulu. Jadi kita tidak akan keliru dalam menyimpulkan, bahwa gambaran itu: adalah sidang pehukuman yang sedang berlangsung, dan sebagaimana suara itu mengatakan kepada Yahya: "Aku akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang tak dapat tiada harus jadi kemudian kelak," maka jelaslah ia telah memandang ke depan dalam khayal kepada pembukaan sidang pehukuman dalam tahun 1844 itu.

 

Jika semua kesimpulan ini benar, dan khayal itu memang menggambarkan sidang pehukuman yang sedang berlangsung, maka ini pun harus dapat dibuktikan oleh perkara-perkara yang terlihat dalam khayal. Suatu sidang pehukuman yang berlangsung memerlukan seorang hakim, seorang pembela, seorang juri, dan wakil-wakil dari orang-orang yang akan diadili, sebab mereka itu tidak mungkin berada di sana (di sorga) secara pribadi. Harus ada buku-buku yang berisikan nama-nama, dan catatan-catatan tentang perbuatan-perbuatan dari mereka yang akan diadili; juga waktu dari sidang pehukuman itu, dan pahala yang disediakan. Kami mengutip injil yang menggambarkan Hakim Agung itu sebagai berikut: "Dan segeralah aku berada dalam roh, maka tengoklah, sebuah tahta berdiri di sorga, dan seseorang duduk di atas tahta itu. Maka ia yang duduk itu rupanya seperti permata jasip dan akik, dan ada sebuah pelangi yang mengelilingi tahta itu, rupanya seperti zamrud." (Ayat 2 dan 3)

 

Kemuliaan Allah dilambangkan sama seperti batu-batu mulia. Pelangi itu mengungkapkan janji Allah yang tak pernah gagal dan kemurahan-Nya yang besar.Allah mengatakan kepada Nuh: "Inilah tanda perjanjian yang kuperbuat di antara Aku dengan kamu dan dengan setiap mahluk hidup yang ada bersama-sama kamu, bagi semua generasi keturunan sampai selama-Iamanya: bahwa pelangi-Ku akan Kutaruh dalam awan-awan, maka ia itu akan menjadi suatu tanda perjanjian di antara Aku dan bumi." (Kejadian 9 : 12, 13).

 

Ayat berikut ini menggambarkan juri itu: "Maka sekeliling tahta itu terdapat dua puluh empat tempat duduk, maka pada tempat-tempat duduk itu aku tampak dua puluh empat tua-tua yang sedang duduk, yang berpakaian putih-putih, dan di atas kepala mereka terdapat mahkota-mahkota emas." (Wahyu 4 : 4). Mahkota-mahkota emas itu menunjukkan kekuasaan mereka sebagai raja untuk bertindak terhadap perkara itu. Jubah-jubah putih menunjukkan, bahwa mereka adalah orang-orang yang berasal dari bumi, yang telah ditebus oleh darah Kristus. "Dan sekeliling tahta itu terdapat empat binatang penuh dengan mata di depan dan di belakang." (Ayat 6). "Maka setelah diambil-Nya kitab itu sujudlah keempat binatang itu dan dua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba, masing-masingnya memiliki kecapi dan bokor emas yang penuh dengan bau-bauan, yaitu segala doa dari semua orang suci. Maka mereka menyanyikan sebuah nyanyian baru yang bunyinya, 'Berlayaklah Engkau mengambil kitab itu dan membuka meterainya, karena Engkau sudah tersembelih, dan sudah menebus kami bagi Allah oleh darah-Mu, dari pada setiap suku, dan bahasa dan umat, dan bangsa." (Wahyu 5 : 8, 9). Perhatikanlah binatang-binatang dan para tua-tua itu sekaliannya menyanyi, katanya: "Karena Engkau sudah menebus kami dari pada setiap suku, dan bahasa, dan umat, dan bangsa." Dengan demikian, binatang-binatang itu maupun para tua-tua itu, sekaliannya telah ditebus dari bumi.

 

Sekali lagi, perhatikanlah bahwa binatang-binatang dan para tua-tua itu berjumlah dua puluh delapan orang. Adalah tidak mungkin bagi hanya dua puluh delapan orang untuk ditebus dari antara setiap suku bangsa, bahasa, dan umat, dan bangsa; karena jika sekiranya terdapat hanya satu orang ditebus dari setiap bangsa, maka jumlah itu sudah akan mencapai ribuan orang, bukan hanya dua puluh delapan orang. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa "empat binatang itu" adalah simbol-simbol yang melambangkan empat rombongan orang-orang suci yang terkumpul dari segala zaman, dan dari setiap suku, bahasa, umat, dan bangsa. Dalam cara yang sama kerajaan-kerajaan dunia sesudah air bah adalah dilambangkan secara simbolis dengan binatang-binatang. Demikianlah dengan binatang-binatang itu telah dilambangkan orang-orang yang akan diadili.

 

"Maka keempat binatang itu masing-masingnya bersayap enam, dan adalah mereka itu penuh dengan mata di dalamnya; maka keempatnya tiada henti-hentinya baik siang baik malam menyebut, Suci, Suci, Suci, Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yang dahulu ada, dan sekarang ada, dan yang akan datang." (Wahyu 4 : 8). "Penuh dengan mata." Mata adalah untuk memberikan terang kepada tubuh. Oleh sebab itu, sekaliannya itu berdiri sebagai sebuah simbol, yang menunjukkan bahwa umat Allah telah memiliki cukup terang pada setiap zaman. "Di depan dan di belakang" menunjukkan terang nubuatan, yang mengungkapkan kepada mereka masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang; ini telah dimungkinkan oleh Roh Allah dan oleh malaikat-malaikat yang suci. Angka bilangan "empat" menunjukkan, bahwa ada empat kelompok orang-orang suci untuk dipertimbangkan dalam sidang pehukuman itu. Dua dari antara kelompok-kelompok ini akan dibangkitkan; yaitu, orang-orang yang mati secara alami, dan orang-orang yang mati sahid. Dua kelompok lainnya itu adalah orang-orang yang akan diobahkan pada kedatangan Kristus yang akan datang; yaitu mereka yang 144.000 dari Wahyu 7 : 1 - 8 dan rombongan besar orang-orang yang memegang pelepah kurma di dalam tangan mereka, seperti yang ditunjukkan di dalam ayat 9. (Lihat Tongkat Gembala Jilid 1, BAB II). Karena sayap-sayap dari singa, dan juga dari binatang harimau kumbang yang berkepala empat itu (Babil dan Gerika) melambangkan jumlah masa-masa periode seperti yang dijelaskan terdahulu (pada BAB I sebelum judul paragraf Yehezkiel 9 Bukanlah Meterai Sabat dan di dalam judul paragraf Pemeteraian Dimulai - Sidang Dalam Kemerosotan), maka mereka tak dapat tiada melambangkan juga yang sama pada binatang-binatang ini. Mereka akan menunjukkan meterai di bawah mana sidang pehukuman dimulai - meterai yang keenam - oleh karena itu enam sayap. "Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yang dahulu ada, dan sekarang ada, dan yang akan datang." Artinya, Allah sebelum sidang pehukuman itu, dalam masa pehukuman itu, dan sesudah pehukuman itu.

 

Ayat 7 : "Maka binatang yang pertama itu adalah seperti singa, dan binatang yang kedua seperti anak lembu, dan binatang yang ketiga memiliki wajah seperti wajah manusia, dan binatang yang ke empat seperti burung nasar yang terbang. "Binatang-binatang itu secara alami juga melambangkan empat masa periode sidang. Binatang yang pertama adalah seperti singa. "Singa" ialah raja dari binatang-binatang, dan adalah dimaksudkan untuk menunjukkan periode yang pertama dari sidang mendahului bagian upacara bayang-bayangan, dengan mana pehukuman itu telah dimulai. (Lihat gambar bagan di dalam Tongkat Gembala Jilid I, Bab Bagan Ringkasan). Binatang yang kedua karena "seperti anak lembu," maka jelaslah bahwa ia melambangkan bagian upacara korban, atau bagian yang merupakan contoh. Dengan demikian, maka binatang yang memiliki "wajah seperti wajah manusia" itu tak dapat tiada harus melambangkan masa periode contoh saingan sesudah penyaliban Kristus. Dan binatang yang keempat adalah seperti "seekor burung nasar yang terbang." Ia melambangkan periode dalam masa penuaian. Periode yang terakhir adalah dilambangkan dengan burung nasar yang terbang untuk menunjukkan sidang yang akan diobahkan. "Burung nasar yang terbang" ialah raja dari burung-burung, seperti halnya singa adalah raja dari binatang, yaitu menandakan kemenangan, dengan demikian telah membuat suatu simbol yang sempurna. Sebagaimana pehukuman terhadap orang-orang mati telah dimulai dengan binatang yang menyerupai singa - raja binatang, maka demikian itu pula pehukuman terhadap orang-orang hidup akan dimulai dengan binatang yang menyerupai seekor burung nasar, - raja burung. Keseluruhan kebenaran dari "empat binatang ini" belum diungkapkan.

 

Sebagaimana binatang-binatang dan para tua-tua itu memuji-muji dan menyembah Allah, maka itu adalah kesaksian yang cukup bahwa seluruh mahluk ciptaan adalah puas bahwa Ia adalah adil, dan benar, dan Ia adalah khalik dari semua. Orang-orang yang nama-namanya ada tersurat di dalam buku dari "tujuh meterai" itu ialah mereka yang dosa-dosanya akan dihapuskan dengan darah Kristus yang mahal itu. Demikianlah, puji dan hormat dan kemuliaan, adalah milik Allah kita sampai selama-lamanya.

 

"Aku, bahkan Akulah Dia yang menghapuskan segala pelanggaranmu karena kepentingan-Ku sendiri, maka tiada lagi Aku ingat akan segala dosamu." (Yesaya 43 : 25). Aku akan menanggung murka Tuhan, sebab aku sudah berbuat dosa melawan-Nya, sampai dibela-Nya perkaraku, dan dilaksanakan pengadilan bagiku; bahwa Ia akan mengeluarkan daku kepada terang, dan aku pun akan melihat kebenaran-Nya. Bahwa Ia akan kembali, Ia akan mengasihani kami; Ia akan menutupi segala kesalahan kami; dan segala dosa mereka itu akan Kau campakkan ke dalam tubir laut." (Mikha 7 : 9, 19). Maukah kita bersama-sama dengan rasul yang besar itu mengatakan: "Karena aku yakin, bahwa baik maut atau pun hidup, baik malaikat atau pun penguasa, atau kekuatan-kekuatan apapun, baik perkara-perkara yang ada sekarang atau pun perkara-perkara yang akan datang, baik tinggi atau pun dalam, atau sesuatu mahluk lainnya, tiada dapat menceraikan kita dari pada kasih Allah yang terdapat dalam Kristus Tuhan kita." (Rum 8 : 38, 39).

 

Sedemikian jauh perhatian kita telah dipanggil kepada Hakim Agung itu, kepada juri dari dua puluh empat tua-tua itu, kepada empat binatang yang melambangkan orang-orang yang akan diadili, dan kepada buku yang berisikan nama-nama - yang tersegel dengan tujuh meterai. Sekarang perhatian kita menoleh kepada pembela itu.

 

"Maka aku tampak, dan heran, di tengah-tengah tahta dan keempat binatang itu, dan di tengah-tengah para tua-tua itu berdirilah seekor Anak Domba, Ia itu bagaikan sudah tersembelih, memiliki tujuh tanduk dan tujuh mata, yaitu tujuh Roh Allah yang sudah diutus ke seluruh bumi. Maka datanglah Anak Domba itu mengambil kitab itu dari pada tangan kanan Dia yang duduk di atas tahta itu. Maka setelah diambil-Nya kitab itu, sujudlah keempat binatang dan dua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masingnya memiliki kecapi dan bokor emas yang penuh dengan bau-bauan, yaitu segala doa dari semua orang suci."(Wahyu 5 : 6 - 8).

 

"Anak Domba" ialah simbol dari Kristus, yaitu pembela kita. Yahya mengatakan: "Hai anak-anakku, segala perkara ini kusuratkan kepadamu supaya jangan kamu berbuat dosa. Dan jikalau barang seorang berbuat dosa, maka kita mempunyai seorang pembela bersama-sama dengan Bapa, yaitu Yesus Kristus yang benar itu." (1 Yahya 2 : 1).

 

Tujuh tanduk pada Anak Domba itu menunjukkan kelengkapan kekuatan dan kekuasaan, membenarkan kata-kata yang diucapkan oleh Kristus: "Segala kuasa dikaruniakan kepada-Ku, baik di sorga mau pun di bumi." (Matius 28 : 18). Kekuasaan yang tak terukur ini adalah bagi kebaikan kita, dan dengan bebas ditawarkan kepada kita. Yesus mengatakan: "Jikalau kamu mempunyai iman sebesar sebutir benih sesawi, maka kamu akan mengatakan kepada gunung ini, pindahlah engkau dari sini ke sana; maka ia itu akan berpindah; dan tak ada sesuatu pun yang kelak tak mungkin bagimu." (Matius 17 : 20). Saudaraku, semua perkataan ini mungkin benar atau tidak benar. Tidak mungkin ada setengah-setengah kebenarannya. Karena Kristus tidak mungkin berdusta, maka maukah anda mencoba perkataan-Nya yang tidak pernah gagal itu, dan membiarkan Dia memenuhi janji-Nya ?

 

Tujuh mata dari Anak Domba itu menunjukkan kelengkapan pandangan; bukti bahwa tidak ada apapun juga yang tersembunyi dari pandangan Pembela kita, dan bahwa segala perkara adalah terbuka dan telanjang kepada pandanganNya; demikian pula sama halnya terhadap Allah Bapa. Pemazmur melukiskan kuasa Allah dalam khayalnya dengan kata-kata berikut ini: "Kemana gerangan aku dapat lari dari pada Roh-Mu ? Ataukah kemana gerangan aku dapat bersembunyi dari pada kehadiran-Mu? Jika kiranya aku naik sampai ke langit, maka Engkau ada di sana. Jikalau kiranya aku membentangkan tempat tidurku di dalam neraka, tengoklah, Engkau ada di sana. Jikalau kiranya aku rnengambil sayap-sayap fajar pagi, lalu aku duduk pada ujung-ujung laut yang terjauh sekalipun, disana pun tanganMu akan menyertai aku, dan tangan kanan-Mu akan memegang aku. Jikalau kiranya aku mengatakan, sesungguhnya kegelapan akan menudungi aku bahkan malam pun akan menjadi terang mengelilingi aku. Sesungguhnya, kegelapan tidak dapat menyembunyikan dari pada-Mu, melainkan malam pun akan bersinar-sinar seperti hari siang: kegelapan maupun terang kedua-duanya adalah sama saja bagi-Mu." (Mazmur 139 : 7 - 12).

 

Pewahyu mengatakan tanduk-tanduk dan sekalian mata dari Anak Domba itu "adalah tujuh Roh Allah yang telah diutus ke dalam seluruh bumi." Sekalian kekuasaan ini, baik dalam kekuatan maupun dalam penglihatan, adalah dipersatukan lalu didemonstrasikan oleh Roh Allah. Yesus mengatakan: "Adalah perlu bagimu Aku pergi, karena jika tidak Aku pergi, maka Penghibur itu tidak akan datang kepadamu; tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan menugaskan dia kepadarnu." (Yahya 16 : 7). "Tetapi Penghibur itu, yaitu Rohulkudus, yang akan diutus Allah dalam nama-Ku, ia akan mengajarkan kepadamu segala perkara, dan menghantarkan segala perkara ke dalarn ingatanmu, yaitu apa saja yang telah Ku-katakan kepadamu." (Yahya 14 : 26).

 

Tujuh pelita yang berisikan api yang bernyala-nyala di hadapan tahta itu, ia itu adalah tujuh Roh Allah." (Wahyu 4 : 5). Pelita-pelita yang berisikan api itu, tujuh jumlahnya, terdapat di depan tahta, melambangkan kelengkapan kebenaran Allah - yaitu kebenaran sekarang yang diungkapkan kepada setiap generasi manusia semenjak kejadian dunia - oleh mana mereka akan diadili. Orang-orang yang patuh kepada semua terang dan kebenaran yang diberikan kepada mereka, mereka telah memenuhi semua persyaratan – mereka telah dimeteraikan, dan telah dinyatakan bebas daripada tuduhan hukum Allah.

 

"Tujuh pelita ……..yaitu tujuh Roh Allah." (Wahyu 4 : 5). Firman ini membuktikan kenyataan bahwa terang dan kebenaran diungkapkan hanya oleh Roh Allah saja. "Tetapi Penghibur itu, yaitu Rohulkudus, yang akan diutus oleh Bapa atas nama-Ku, ia akan mengajarkan kamu segala perkara, dan menghantarkan segala perkara ke dalam ingatanmu, yaitu apa saja yang telah Ku-katakan kepadamu." (Yahya 14 : 26). Penolakan terhadap terang dan kebenaran sekarang adalah dosa melawan Rohulkudus. "Maka siapapun saja mengucapkan sesuatu perkataan melawan Anak manusia, ia itu akan diampuni; tetapi barangsiapa pun yang berbicara melawan Rohulkudus (kebenaran sekarang) ia itu tidak akan diampuni, baik di dunia ini, baik di dunia yang akan datang." (Matius 12 : 32). Sikap kita terhadap kebenaran sekarang akan "Membuat pohon kayu baik, dan buahnya pun baik, atau sebaliknya membuat pohon kayu itu jelek, dan buahnya pun jelek; karena pohon kayu adalah dikenal oleh buahnya." (Ayat 33). Dengan demikian, kebenaran sekarang mempunyai kuasa untuk merubah pribadi orang dan memantapkannya bagi hidup yang kekal, yaitu meterai dari Allah yang hidup itu. Kata Yesus: "Sesungguh-sungguhnya Aku menegaskan kepadamu, terkecuali seseorang dilahirkan oleh air dan oleh Roh itu, maka ia tak mungkin masuk ke dalam kerajaan Allah." (Yahya 3 : 5).

 

Laut Kaca

 

"Dan di hadapan tahta itu terdapat suatu laut kaca yang bagaikan kristal; dan di tengah-tengah tahta itu, dan sekeliling tahta terdapat empat binatang yang penuh dengan mata di depan dan di belakang." (Wahyu 4 : 6). Menurut tanda bacaan dalam ayat yang baru dikutip di atas, pengertiannya adalah bahwa binatang-binatang itu berada di tengah-tengah tahta dan sekeliling tahta itu. Adalah tidak mungkin bagi mereka itu berada di tengah-tengah, dan juga sekeliling tahta - kursi pengampunan. Jika mereka itu berada di tengah-tengah tahta itu mereka sudah akan mengambil tempatNya Allah, Hakim itu, dan Anak-Nya, yaitu Anak Domba itu. Dengan demikian kami simpulkan bahwa kalimat pertama dari ayat itu telah salah diberi tanda baca. Dengan menghilangkan titik koma, maka Firman itu akan terbaca sebagai berikut: "Dan di hadapan tahta itu terdapat sebuah laut kaca yang bagaikan kristal dan di tengah-tengah tahta itu." Dengan demikian, maka laut kaca itulah yang terdapat di tengah-tengah dan di hadapan tahta itu; bukan binatang-binatang itu. "Laut kaca" itu mengalir keluar dari tahta, dan melambangkan kehidupan kekal dengan cara yang sama seperti "Anak Domba" adalah melambangkan Kristus, Pembela kita itu.

 

Laut adalah sesuatu badan yang sangat luas di atas bumi; dengan demikian ia itu telah digunakan untuk melambangkan kekekalan. "Jernih seperti kristal" menunjukkan kesempurnaan, yaitu bebas dari dosa dan berbagai cacad cela. Di dalam Wahyu 15 : 2 kita baca sebagai berikut: "Maka aku lihat bagaikan suatu laut kaca yang bercampur dengan api." Api merupakan satu-satunya simbol yang tepat yang dapat digunakan untuk melambangkan kehidupan. Oleh sebab itu, maka laut kaca itu mengalir keluar dari tahta Allah, dan melambangkan hidup kekal, yaitu pahala bagi orang-orang yang nama-namanya ada tersurat di dalam kitab hayat Anak Domba itu, di dalam tujuh meterai. "Maka sekali-kali tiada akan masuk ke dalamnya sesuatu yang keji, atau siapapun juga yang melakukan berbagai kekejian, atau yang berbuat dusta, melainkan hanyalah mereka yang tersurat nama-namanya di dalam kitab hayat Anak Domba." (Wahyu 21 : 27). Di dalam sidang pehukuman itu akan diijinkan kepada orang-orang suci" yang telah menang atas binatang itu, dan atas patungnya, dan atas tandanya, dan atas angka bilangan namanya," untuk berdiri di atas laut kaca - hidup kekal. (Wahyu 15 : 2).

 

Pengaturan dan pemandangan itu, sebagaimana yang dilukiskan oleh Yahya membuktikan bahwa itulah sidang pehukuman yang sedang berlangsung; karena ia itu berlangsung di dalam tempat "Yang Maha Suci" - yang dilambangkan oleh kaabah kesucian bumi berikut upacaranya, dimana Harun imam besar itu telah bertugas dalam bulan yang ketujuh, pada hari ke sepuluh dari bulan itu. Ia itulah yang disebut hari grafirat - masa pehukuman, pembersihan kaabah kesucian atau penyucian sidang - yaitu pemisahan lalang dari pada gandum. Disanalah kita memandang Hakim Agung itu (Allah Bapa), Pembela itu (Anak Domba - Yesus Kristus kebenaran itu), suatu juri (dua puluh empat tua-tua – yang berpakaian kebenaran Kristus - jubah-jubah putih); sebuah perwakilan dari orang-orang yang akan diadili (empat binatang itu); terang dan kebenaran yang sudah mereka patuhi (tujuh pelita itu); pahala yang akan diberikan kepada orang-orang yang diadili itu (laut kaca); dan kitab yang berisikan nama-nama dari semua orang benar, dimulai dari Adam dan seterusnya sampai kepada penutupan masa kasihan - yaitu berakhimya Injil (tujuh meterai). "Maka aku tampak di dalam tangan kanan Dia yang duduk di atas tahta itu sebuah kitab yang bertuliskan di dalam dan di luarnya, yang tersegel dengan tujuh meterai." (Wahyu 5 : 1). Oleh karena kitab itu berisikan nama-nama semua orang yang telah dimeteraikan dengan meterai Allah (kebenaran-Nya), maka ia itu disebut kitab dari meterai-meterai, juga disebut kitab hayat Anak Domba,

 

Dalam Injil berikut ini kita menyaksikan seluruh alam semesta mengamati dengan penuh perhatian semua persoaIan dari keluarga manusia sementara gulungan surat terbuka mengungkapkan kepada mereka rahasia Allah: "Dan untuk memperlihatkan kepada semua orang bagaimana persekutuan rahasia itu yang semenjak kejadian dunia telah tersembunyi dalam Allah, yang telah menciptakan segala perkara oleh perantaraan Yesus Kristus." (Epesus 3 : 9). Mengutip Wahyu 5 : 11 - 14 berbunyi: "Maka aku tampak. Dan aku dengar suara malaikat yang banyak sekeliling tahta dan segala binatang dan semua tua-tua itu; maka banyaknya mereka itu adalah sepuluh ribu kali sepuluh ribu, dan beribu-ribu; yang mengatakan dengan suara besar: 'Berlayaklah Anak Domba yang sudah tersembelih itu  menerima kuasa, dan semua kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan berkat.' Maka setiap mahluk yang di dalam sorga, dan di bumi, dan di bawah bumi, dan sedemikian itu yang ada di laut, berikut semua yang ada di dalamnya, aku dengar mengatakan: 'Bagi Dia yang duduk di atas tahta, dan bagi Anak Domba itu adalah berkat, dan hormat, dan kemuliaan, dan kuasa, selama-lamanya.' Maka keempat binatang itu mengatakan: 'Amin.' Maka kedua puluh empat tua-tua itu sujudlah dan menyembah Dia yang kekal selama-lamanya." Injil yang dikutip ini membuktikan, bahwa seluruh alam semesta merasa puas karena kasih Allah, dan kebenaran Kristus. Kami mengulangi lagi ayat 13: "Maka setiap mahluk yang di dalam sorga, dan di bumi, dan di bawah bumi, dan sedemikian itu yang ada di laut, berikut semua yang ada di dalamnya, aku dengar mengatakan: 'Bagi Dia yang duduk di atas tahta, dan bagi Anak Domba itu adalah berkat, dan hormat, dan kemuliaan, dan kuasa, selama-lamanya,"

 

Pembukaan Kitab Itu

 

"Dan aku tampak seorang malaikat yang perkasa memberitakan dengan suara besar, katanya: 'Siapakah yang layak membukakan kitab itu, dan melepaskan semua meterainya?” Maka tak seorang pun di dalam sorga atau pun di bumi atau pun di bawah bumi yang mampu membuka kitab itu atau pun memandangnya. Maka sangatlah aku menangis oleh sebab tiada seorang pun didapati layak untuk membukakan dan membacakan kitab itu atau pun memandangnya. Maka salah seorang dari para tua-tua itu mengatakan kepadaku: 'Janganlah menangis; tengoklah, Singa dari suku Yehuda, yaitu Akar Daud, telah menang untuk membukakan kitab itu dan melepaskan semua meterai dari padanya. Maka aku tampak, dan heran, di tengah-tengah tahta dan keempat binatang itu, dan di tengah-tengah para tua-tua itu berdirilah seekor Anak Domba, Ia itu bagaikan sudah tersembelih, memiliki tujuh tanduk dan tujuh mata, yaitu tujuh Roh Allah yang sudah diutus ke seluruh bumi. Maka datanglah Anak Domba itu mengambil kitab itu dari pada tangan kanan Dia yang duduk di atas tahta itu. Maka setelah diambilNya kitab itu sujudlah keempat binatang dan dua puluh empat tua-tua itu ke hadapan Anak Domba itu, masing-masingnya memiliki kecapi dan bokor emas yang penuh dengan bau-bauan, yaitu segala doa dari semua orang suci." (Wahyu 5 : 2 - 8).

 

Firman ini mengungkapkan, bahwa tidak ada satu pun yang lain di dalam alam semesta Allah yang luas ini yang layak, atau yang dapat membukakan kitab itu, karena "Singa dari suku Yehuda, Akar Daud itu, telah menang. Kristus memperoleh gelar di atas ini karena kelahiran-Nya dan karena kemenangan-Nya di atas kayu salib bagi orang-orang yang percaya pada-Nya sebagai Penebus dunia. la telah menang oleh korban darah-Nya di Golgota. Dengan demikian tidak ada orang lain yang dapat membuka kitab itu, karena hanya Dia sendiri yang telah mati bagi umat manusia. "Kitab" ini berisikan nama-nama dari orang-orang suci, dan "tujuh materai" itu terdiri dari masing-masing periode sejarah dunia yang dinubuatkan, dalam mana orang-orang suci itu telah dimeteraikan. Tujuh periode sejarah yang belum digenapi inilah yang telah memeteraikan kitab itu, dan satu-satunya orang yang dapat membuka kitab itu — yaitu melihat ke dalam masa depan - adalah "Anak Domba itu." Kitab itu "bertuliskan di dalamnya dan di belakangnya" -  "bertuliskan di dalamnya" ialah nubuatan firman Allah; "dan pada sebelah belakangnya," ialah kegenapan sejarah dari pada nubuatan-nubuatan. "Maka semua orang yang diam di bumi akan menyembah dia, yaitu mereka yang nama-namanya tidak tersurat di dalam kitab hayat Anak Domba itu yang sudah tersembelih semenjak berdirinya dunia ini." (Wahyu 13 : 8). "Siapa gerangan telah mengadakan dan melakukan itu, yang Memanggil generasi itu semenjak dari mula pertama?" (Yesaya 41 : 4).

 

Adalah Kristus yang telah mempersiapkan jalan bagi terlaksananya sidang pehukuman ini untuk membela umatNya, dan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka. "Di dalam upacara contoh (upacara bayangan), hanya orang-orang yang telah datang ke hadapan Allah dengan pengakuan dosa dan pertobatan, dan yang dosa-dosa mereka telah dialihkan ke kaabah kesucian oleh perantaraan darah persembahan dosa, yang memperoleh bagian dalam upacara pada hari grafirat. Demikianlah dalam hari besar grafirat yang terakhir dan pemeriksaan hukum itu, yang akan dipertimbangkan hanyalah perkara-perkara dari mereka yang adalah umat Allah. Sidang pehukuman terhadap orang-orang jahat adalah suatu pekerjaan tersendiri yang terpisah, yang akan berlangsung pada suatu masa periode kemudian. 'Pehukuman harus dimulai pada isi rumah Allah; dan jika ia itu pertama sekali dimulai terhadap kita, maka apakah kelak nasib orang-orang yang tidak mematuhi Injil ?' Sementara buku-buku catatan terbuka di dalam sidang pehukuman itu, maka kehidupan dari semua orang yang percaya pada Yesus muncul terbuka di hadapan Allah. Dimulai dengan orang-orang yang pertama sekali hidup di bumi ini, Pembela kita menyampaikan perkara-perkara dari masing-masing generasi secara berurutan, dan berakhir dengan orang-orang yang hidup." - The Great Controversy, halaman 480, 483.

 

Di samping buku yang terdapat di dalam tangan hakim itu, masih ada lagi buku-buku lainnya. Tetapi buku yang satu ini tidak seorang pun yang lain di dalam sorga ataupun di bumi layak membukanya, terkecuali "Anak Domba" itu, ialah buku yang disebut "Kitab Hayat Anak Domba." Dan Pewahyu mengatakan, bahwa hanya orang-orang yang nama-namanya ada tersurat di dalam kitab hayat Anak Domba itulah yang akan masuk ke dalam kota Allah. "Sebuah buku kenangan akan ditulis di hadapan Allah, dimana akan dicatat perbuatan-perbuatan baik dari mereka yang takut akan Tuhan, dan yang menaruh harap pada namaNya."- The Great Controversy, p. 481.

 

Meterai-Meterai Itu Sesuai Dengan

Masa-Masa Periodenya - Wahyu pasal 6


Karena kenyataan yang dikemukakan tidak mungkin dapat dibantah, bahwa bersama-sama dengan buku dari meterai-meterai itu sidang pehukuman dibuka, dan karena ia itu dimulai dengan orang-orang benar yang pertama hidup di bumi ini, dan berakhir dengan orang-orang benar yang terakhir, maka pastilah bahwa tujuh materai itu menyebar meliputi seluruh sejarah dunia. Dengan sendirinya, mereka itu termasuk juga setiap orang suci semenjak dari permulaan dunia. Angka bilangan "tujuh" membawakan kenyataan yang sama.

 

Karena adanya tujuh meterai secara berurutan, maka jelaslah bahwa sejarah dunia kita terbagi dalam tujuh masa periode yang berbeda. Sidang pehukuman itu dimulai terhadap masa periode yang pertama dan berakhir terhadap masa periode yang terakhir. Terbuktilah bahwa enam meterai yang pertama itu menyelesaikan perkara-perkara dari orang-orang yang telah mati mendahului sidang pehukuman itu, dan selagi sidang pehukuman itu berlangsung; tetapi periode pemeteraian yang ke-tujuh, yang terakhir itu, tak dapat tiada harus berlaku terhadap orang-orang hidup.

 

Ada terdapat cukup bukti di dalam Injil, bahwa semua orang yang selamat dalam segala zaman dimeteraikan dengan meterai Allah; maka karena alasan inilah tujuh masa periode itu disebut "tujuh meterai," dan nama-nama dari orang-orang yang dimeteraikan ada tersurat di dalam kitab itu. Dengan sendirinya, maka kitab itu dimeteraikan dengan tujuh meterai. (Lihat Yahya 6 : 27; Epesus 4 : 30; 1 : 13; 2 Timotius 2 : 19; 2 Korinthi 1 : 22; Wahyu 9 : 4).

 

 

Arti Dari Semua Kuda-Kuda Itu

Dan Para Penunggangnya

 

Wahyu 6 : 1 - 8 berbunyi: "Maka aku tampak apabila Anak Domba itu membuka salah satu dari meterai-meterai itu, lalu kudengar salah satu dari keempat binatang itu berkata seperti bunyi guntur: 'Marilah dan lihatlah!' Maka aku tampak, dan tengoklah, seekor kuda putih, dan dia yang duduk di atasnya itu memiliki sebuah panah; maka sebuah mahkota dikaruniakan kepadanya, lalu keluarlah ia dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi. Maka setelah ia membukakan meterai yang kedua, aku dengar binatang yang kedua itu mengatakan: 'Marilah dan lihatlah!' Dan keluarlah seekor kuda lain yang merah warnanya; maka kepada orang yang duduk di atasnya itu dikaruniakan kuasa untuk mengambil perdamaian dari bumi, sehingga orang berbunuh-bunuhan; dan sebilah pedang yang besar dikaruniakan kepadanya. Maka Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga aku dengar binatang yang ketiga itu mengatakan: 'Marilah dan lihatlah!' Dan aku tampak ada seekor kuda hitam, dan orang yang duduk di atasnya itu memiliki sepasang neraca timbangan di dalam tangannya. Maka aku dengar suatu bunyi di tengah-tengah ke empat binatang itu mengatakan: 'Sepucuk gandum sedinar harganya, dan tiga cupak jelai sedinar harganya; tetapi perhatikanlah olehmu agar minyak dan air anggur jangan kau rusakkan. Maka setelah ia membukakan meterai yang ke empat aku dengar suara binatang yang keempat itu mengatakan: 'Marilah dan lihatlah!' Maka aku tampak ada seekor kuda kelabu, dan orang yang duduk di atasnya itu M a u t namanya, maka alam maut itu mengikuti sertanya. Maka kuasa dikaruniakan kepada k e d u a n y a atas seperempat bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan, dan dengan kematian, dan dengan segala binatang yang di bumi.

 

"Kuda-kuda itu melambangkan bumi, yang mengungkapkan empat perubahan besar semenjak dari permulaan dunia, dan para pengendaranya itu melukiskan keluarga manusia yang berada di bawah empat perubahan besar ini. Dengan demikian merupakan suatu simbol yang sempurna, karena kita menunggang di atas bumi sama seperti halnya kita menunggangi seekor kuda. Kalau saja dosa tidak memasuki keluarga manusia, maka hanya akan ada seekor kuda saja. Tetapi karena dosa telah masuk dan telah menodai rencana Allah bagi anak-anak-Nya, maka bumi terkena kutuk, dan demikianlah suatu perubahan besar telah datang; lalu karena dosa telah meningkat berlipat ganda, maka kutuk demi kutuk pun telah dipertambahkan. Oleh sebab itulah, maka kuda putih telah diganti oleh kuda merah, dan kuda merah kemudian diganti oleh kuda hitam, dan kuda hitam itu oleh kuda kelabu.

 

Pengendara kuda putih itu telah dikaruniakan sebuah mahkota, tetapi setelah dosa masuk ia telah kehilangan mahkota kerajaan dan kemuliaannya itu. Oleh sebab itu, maka pengendara kuda merah itu, gantinya ia memiliki sebuah mahkota, ia ternyata memiliki sebuah pedang yang besar; lalu kepada pedang itu telah ditambahkan sepasang neraca timbangan, dan kepada neraca timbangan itu ditambahkan kematian.

 

Meterai Pertama - Kuda Putih

 

Wahyu 6 : 2 berbunyi: "Maka aku tampak, dan tengoklah seekor kuda putih, dan dia yang duduk di atasnya itu memiliki sebuah panah; maka sebuah mahkota dikaruniakan kepadanya lalu keluarlah ia dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi." "Putih" merupakan sebuah simbol dari kesucian, menunjukkan bahwa kuda putih itu melambangkan permulaan dunia kita - tidak berdosa, karena bumi berada dalam selubung keindahan dan kesempurnaan, dengan segala keajaiban di darat dan di lautan.

 

"Maka Tuhan Allah mendirikan sebuah taman di sebelah timur di Eden', ….. Segala perkara yang sudah Allah ciptakan itu adalah indah sempurna, dan tidak ada sesuatu yang kelihatan kurang ….. Di dalam taman ini terdapat pohon-pohonan yang beraneka ragam besarnya, banyak dari antaranya sarat dengan buah-buahan yang lezat dan menarik. Di sana terdapat anggur-anggur yang cantik menarik....... yang menyajikan bentuk yang sangat menggiurkan, dengan tangkai-tangkainya yang terkulai karena sarat dengan buah-buahnya yang mempesona, dan kaya disertai berbagai variasi warna yang sangat jelas." - Patriarchs and Prophets, halaman 46, 47.

 

Bumi dengan kembang-kembangnya yang cantik menarik serta hamparan warna kehijau-hijauan yang hidup, atas mana segala langit yang biru membentangkan dirinya sebagai kubah, telah memamerkan suatu pandangan kecantikan dan keelokan alamiah yang sedemikian itu belum ada bahasa dapat melukiskan. Hanya Artis Agung yang besar itu yang dapat mengadakan suatu keanehan yang sedemikian itu tanpa sesuatu cacadnya.

 

 

 

Pengendara Yang Pertama

 

 

 

Sebagaimana kuda putih itu melambangkan permulaan dari bumi kita ini keadaannya yang tak berdosa, maka pengendara itu tidak mungkin lain dari pada Adam sendiri, terhadap siapa sidang pehukuman itu telah dimulai. Mahkota adalah lambang dari kekuasaan raja. "Maka Allah berfirman: 'Marilah K i t a menciptakan manusia menurut peta kita, yang sama dengan kita; dan biarlah mereka itu memerintah atas segala ikan di laut, dan atas segala burung di udara, dan atas segala ternak dan atas seluruh bumi, dan atas segala binatang melata yang melata di bumi." (Kejadian 1 : 26). lni pun diucapkan dengan kata-kata: "Maka sebuah mahkota dikaruniakan kepada-Nya." Oleh sebab itu, Tuhan telah menempatkan sebuah dunia yang sempurna dalam keadaan bergerak, dengan seorang raja yang diciptakan oleh tangan Allah, dan kita adalah anak-anak Kerajaan.

 

"Tengoklah seekor kuda putih; dan dia yang duduk di atasnya itu …. keluar dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi." Kata-kata simbolis ini adalah kegenapan dari kata-kata firman yang diucapkan oleh lidah Khalik sendiri yang berbunyi: "Maka Allah memberkahi mereka itu (Adam dan Hawa), lalu Allah berfirman kepada keduanya, 'Berbiaklah dan bertambahlah kamu, dan penuhilah olehmu bumi itu, dan taklukkanlah dia." (Kejadian 1 : 28). Adalah rencana Allah untuk memperlipatgandakan keluarga manusia, dan membuat mereka itu supaya menaklukkan bumi. Oleh sebab itu, maka Adam telah keluar dengan kemenangan serta untuk memenangkan lagi. Walaupun dosa telah masuk, dan kematian telah meminta korban keluarga manusia, rencana Allah terus berjalan, dan bumi telah didiami. Demikianlah ia telah 'keluar dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi.'

 

"Maka aku tampak, dan tengoklah seekor kuda putih; dan dia yang duduk di atasnya itu memegang sebuah panah." Panah itu adalah suatu alat yang digunakan untuk menaklukkan (memenuhi bumi). Oleh sebab itu, maka kepada Adam telah dikaruniakan sebuah panah (Hawa) yang berkaitan dengan kata-kata yang berbunyi: "Maka Tuhan Allah berfirman: 'Tidak baik manusia itu seorang diri, maka Aku hendak membuat baginya seorang pembantu yang sejodoh dengan dia. Maka didatangkan Tuhan Allah atas Adam suatu tidur yang lelap, lalu tertidurlah dia. Maka diambil Allah salah sebuah dari tulang-tulang rusuknya, lalu ditutupiNya kembali tempat itu dengan daging. Maka dari pada tulang rusuk yang telah dikeluarkan dari Adam itu diperbuat Tuhan seorang wanita, lalu dibawa-Nya akan dia kepada Adam. Maka kata Adam: 'Inilah sekarang tulang yang berasal dari tulang-tulangku, dan daging dari pada dagingku; maka ia akan dinamai Perempuan, sebab ia telah diambil keluar dari laki-laki." (Kejadian 2 : 18, 21 - 23). "Maka Adam memanggilkan nama isterinya itu Hawa; sebab ia adalah ibu dari semua yang hidup." (Kejadian 3 : 20). Demikianlah lembaga yang suci ini telah berasal dari khalik semesta alam sendiri. "Perkawinan adalah terhormat", ini adalah salah satu karunia-karunia Allah yang pertama kepada manusia, dan inilah salah satu dari dua lembaga yang mana setelah jatuh dalam dosa, Adam telah membawa sertanya melewati pintu-pintu gerbang Firdaus." - Patriarchs and Prophets, halaman 46. Demikianlah Adam telah menang (mendiami bumi) dengan panahnya itu. (Hawa).

 

Meterai Yang Kedua - Kuda Merah

 

"Maka setelah Ia membuka meterai yang kedua, aku dengar binatang yang kedua itu mengatakan, 'Marilah dan lihatlah!' Dan keluarlah seekor kuda lain yang merah warnanya; maka kepada orang yang duduk di atasnya itu dikaruniakan kuasa untuk mengambil perdamaian dari bumi, sehingga orang berbunuh-bunuhan, dan sebilah pedang yang besar dikaruniakan kepadanya." "Dan keluarlah seekor kuda lain yang merah warnanya." Jika kuda putih itu melambangkan masa periode yang pertama, maka kuda merah itu tak dapat tiada harus menunjukkan masa periode berikutnya. "Merah" adalah sama dengan merah kirmizi, yaitu simbol dari dosa dan hukuman.

 

 

 

Setelah Adam berdosa, maka bumi kena kutuk, sehingga keindahan yang sempurna menjadi tercemar. Demikianlah kuda putih itu lenyaplah, dan seekor kuda merah menggantikan tempatnya. Allah berfirman: "Terkutuklah tanah karena sebab engkau; dengan kesusahan kamu akan makan dari padanya sepanjang umur hidupmu." Tetapi simbol ini berlaku lebih tepatnya sesudah air bah, karena seluruh permukaan bumi telah berubah oleh air bah itu. Suatu kutuk ketiga yang mengerikan berada di atasnya karena akibat dosa. Sementara air mulai surut, maka bukit-bukit dan gunung-gunung telah dikelilingi oleh lautan yang luas dan keruh....... Bumi menyajikan suatu bentuk kekacauan dan kehancuran yang tidak mungkin dapat dilukiskan. Gunung-gunung yang semula sedemikian cantiknya dalam keseimbangannya yang sempurna, telah menjadi hancur dan tidak teratur. Batu-batuan, tepi-tepian, dan batu-batu karang yang berantakan kini tersebar di permukaan bumi. Di banyak tempat bukit-bukit dan gunung-gunung telah menghilang, tidak meninggalkan bekas sama sekali dimana mereka itu tadinya berada; dan lapangan-Iapangan luas telah menjadi jajaran-jajaran gunung. Perubahan-perubahan ini lebih nyata terlihat di beberapa tempat dari pada di tempat-tempat lainnya. Tempat-tempat dimana pernah tersimpan kekayaan-kekayaan bumi seperti emas, perak dan batu-batu mulia, terlihat mengalami kutuk yang terberat. Dan terhadap negeri-negeri yang tidak didiami, dan tempat-tempat dimana terdapat kejahatan yang tersedikit, kutuk itu didapati lebih ringan." - Patriarchs and Prophets, halaman 108. Dengan demikian kuda merah itu melambangkan masa periode sesudah air bah.

 

Pengendara Pada Kuda Merah Itu

 

"Dan kuasa diberikan kepada dia yang duduk di atasnya untuk mengambil perdamaian dari bumi, dan supaya mereka itu saling membunuh; maka telah diberikan kepadanya sebuah pedang yang besar," Segera setelah dosa memasuki keluarga manusia, maka ia itu berlipat ganda sedemikian cepatnya, bagaikan pohon buah-buahan. Betapa besarnya perbedaan di antara pengendara kuda yang pertama dan yang kedua itu. Ia tidak lagi memiliki mahkota di atas kepalanya, tetapi sebagai gantinya, sebuah pedang yang besar terdapat di dalam tangannya. Habil yang benar itu adalah yang pertama sekali jatuh ke bawah pedang itu. Tetapi karena simbol itu mengaplikasikannya langsung setelah air bah, maka kegenapannya yang tepat ditemukan di tugu Babil.

 

 

 

Sementara penduduk bumi mulai meningkat dengan pesat setelah air bah itu, dosa pun demikian halnya, sehingga walaupun mereka telah percaya akan ramalan Nuh dari hal air bah itu, mereka tidak percaya akan ramalan-ramalannya sesudah air bah itu. "Maka Allah telah memberkati Nuh dan anak-anaknya, lalu berfirman kepada mereka itu: "Berbiaklah kamu dan bertambah-tambah, dan penuhilah olehmu bumi itu ….. Maka Aku akan menegakkan perjanjian-Ku dengan kamu; kelak tidak lagi semua yang berdaging itu dibinasakan oleh air bah, dan tidak akan ada lagi sesuatu air bah yang akan membinasakan bumi. 'Maka Allah berfirman: 'Inilah suatu tanda perjanjian-Ku yang Kuperbuat di antara-Ku dengan kamu dan dengan semua mahluk hidup yang ada bersama-sama kamu, turun temurun sampai selama-lamanya; bahwa pelangi-Ku telah Ku-taruh dalam awan-awan, maka ia itu kelak menjadi suatu tanda perjanjian di antara Aku dengan bumi." (Kejadian 9 : 1, 11, 13).

 

 

 

Ketidak percayaan mereka terhadap firman Allah yang diucapkan oleh Nuh telah memaksa mereka menentang Allah, yaitu bersepakat membangun tugu Babil sebagai pertahanan melawan bahaya air bah yang kedua. (Lihat Kejadian 11: 3, 4). Murka Allah terhadap kebodohan mereka itu akan kuasaNya, dan ketidak percayaan mereka itu kepada firman-Nya, telah mendorongNya membinasakan tugu itu dan mengacaukan bahasa mereka. "Demikianlah Tuhan telah mencerai-beraikan mereka itu kemana-mana ke seluruh permukaan bumi semenjak dari saat itu ….. Sebab itulah, maka nama itu telah disebut Babil; karena disana Tuhan telah mengacaukan bahasa dari seluruh bumi; dan semenjak itu Tuhan telah mencerai-beraikan mereka keluar ke seluruh permukaan bumi." (Kejadian 11 : 8, 9). Kekacauan di tugu Babil itu telah melahirkan berbagai suku bangsa dan bahasa-bahasa. Karena mereka berpisah dalam suku-suku secara tersendiri-sendiri, maka mereka yang saling bertetangga itu mulai bertengkar antara sesamanya. Sementara mereka terus bertumbuh menjadi bangsa-bangsa, maka pertikaian-pertikaian mereka kemudian berubah menjadi peperangan.

 

 

 

Demikianlah masa periode di bawah "kuda merah" itu telah melahirkan kegelisahan di antara bangsa-bangsa yang ada sekarang. Oleh sebab itulah, maka kekuasaan telah diberikan kepadanya "untuk mengambil perdamaian dari bumi, dan supaya mereka akan saling membunuh di antara sesamanya, maka telah diberikan kepadanya sebilah pedang yang besar." Demikianlah kenyataan membuktikan, bahwa kuda merah itu melambangkan masa periode sesudah air bah; dan pengendaranya, yaitu para penduduknya, adalah berkaitan dengan "singa" (Babil), dan kemudian dengan "beruang" (Medo-Persia). Pada permulaan pemerintahan Persia, pertikaian-pertikaian yang dahulu itu telah pecah menjadi peperangan-peperangan berdarah, dengan demikian kata-kata oleh tulang-tulang rusuk di dalam mulut beruang itu berbunyi, "Bangkitlah, makanlah daging yang banyak" (Daniel 7 : 5) menemui kegenapannya dengan tepat. Oleh sebab itu, maka perdamaian telah diambil dari bumi oleh pedang besar di dalam tangan pengendara yang duduk diatas kuda merah itu.

 

Meterai Yang Ketiga - Kuda Hitam

 

Wahyu 6 : 5 berbunyi: "Maka setelah Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga aku dengar binatang yang ketiga itu mengatakan: 'Marilah dan lihatlah.' Dan aku tampak adalah seekor kuda hitam, dan orang yang duduk di atasnya itu memegang sepasang neraca timbangan di dalam tangannya." Kuda putih adalah lambang dari kesucian, telah ditutupi oleh kuda merah yang melambangkan dosa, lalu kuda merah itu kemudian diganti oleh kuda "hitam" yang menunjukkan kegelapan rohani, atau kegelapan mental. Oleh karena itu, maka warna (hitam) menunjukkan salah pengertian terhadap kepribadian Allah.

 

 

 

Karena manusia terjerumus ke dalam dosa, maka kemampuan-kemampuan moral dan kerohaniannya telah menjadi lemah sampai sedemikian jauh sehingga penglihatannya terhadap kehadiran Allah yang tak terlihat itu terhapus. Penyelewengan orang berdosa serta kecenderungan-kecenderungannya yang tidak bermoral memerlukan suatu dewa yang dapat dilihat untuk menebusnya dari pada kehancuran yang kekal. Dengan demikian, maka penyembahan kepada Dia yang tak terlihat dan yang selamanya ada itu lalu ditolak, dan diganti dengan pemujaan kepada dewa-dewa. Keadaan kerohanian yang gelap ini telah menguasai penduduk bumi kita di zaman Ibrahim, hanya kira-kira tiga ratus tahun sesudah air bah.

 

 

 

Karena tidak ada catatan mengenai penyembahan berhala sebelum zaman itu, maka kuda hitam itu tak dapat tiada harus melambangkan masa periode semenjak dari saat itu sampai kepada sejarah Kristen. Jelaslah Israel badani muncul di bawah masa periode dari kuda hitam itu. Dalam setiap kesempatan, bilamana dunia telah mencapai puncak kesesatan Setan, maka Allah oleh kemurahan-Nya dan karena kasih-Nya terhadap orang-orang berdosa, terpaksa melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk mempertahankan masa kesempatan bagi manusia. Pada waktu itu Ia tidak dapat membinasakan orang-orang berdosa dari permukaan bumi tetapi tetap mempertahankan janji-Nya kepada Nuh. Untuk rnenjamin pemeliharaan janji-Nya itu Ia telah memanggil keluar Ibrahim dari penyembahan berhala kepada perbaktian yang benar kepada Allah, memulai suatu bangsa yang terpisah dari satu keluarga yang sama halnya dengan keluarga Adam dan keluarga Nuh; sehingga hasilnya ialah bahwa dua belas Kepala Suku bangsa Israel telah muncul, oleh siapa Allah telah membentuk suatu bangsa yang besar.

 

Neraca-Neraca Timbangan di Dalam Tangan

Pengendaranya

 

Ayat 5, bagian terakhir: "Maka aku tampak, dan heran seekor kuda hitam, dan orang yang duduk di atasnya itu memegang sepasang neraca timbangan di dalam tangannya." Sebagaimana mahkota dan panah dari pengendara kuda putih itu menunjuk kepada hak-hak istimewanya, dan pedang yang besar di dalam tangan pengendara kuda merah menunjukkan kekuasaan istimewanya, maka demikian itu pula neraca-neraca timbangan di dalam tangan pengendara kuda hitam tak dapat tiada harus menunjukkan bangsa itu berikut sifat-sifat mereka dalam masa periode itu.

 

 

 

Neraca-neraca timbangan biasanya digunakan bagi maksud-maksud perdagangan. Oleh sebab itu, maka simbol ini menunjukkan perkenalan pertama dari suatu paham komersial. Mendahului atau kira-kira di zaman Adam urusan-urusan dagang di antara bangsa-bangsa belum dikenal. Tetapi di masa periode yang dilambangkan oleh kuda hitam, paham ini telah lahir. Bangsa Phenicia - Semit dikenal dengan penemuan-penemuan yang terus meningkat, bersama-sama Sidon dan Tsur sebagai pusat-pusat perdagangan utama mereka. "Siapakah yang telah memutuskan ini terhadap Tsur, kota yang bermahkota itu, yang para pedagangnya adalah pembesar-pembesar, dan saudagar-saudagarnya adalah orang-orang yang dihormati di bumi?" (Yesaya 23 : 8).

 

 

 

"Kita harus menyebut suatu bangsa 'Kecil' yang lain dari keturunan Semet ini yang pengaruh mereka terhadap dunia ini adalah jauh lebih kuat dari pada pengaruh Mesir, atau Babilonia - yaitu orang-orang Phenicia. Negara mereka pun adalah salah satu yang terkecil yang antik ….. Dua kota mereka yang terutama ialah Sidon, dan, tak jauh dari padanya, adalah ratu dari kota-kota Phenicia, yaitu Tsur. Tetapi berangsur-angsur mereka menyebarkan daerah-daerah perdagangan mereka meliputi seluruh Laut Tengah, bahkan sampai masuk ke tanah-tanah yang lain, senantiasa mencarikan daerah-daerah Perdagangan yang baru dan pusat-pusat pasar. Mereka adalah bagaikan lebah-lebah dari dunia kuno yang lalu yang membawa butir-butir sari kebudayaan kemana-mana saja mereka itu pergi. Kebutuhan-kebutuhan dagang dan jual beli telah mendorong mereka untuk menyempurnakan alphabet? Dan dari merekalah dunia barat telah memperolehnya. Dalam beberapa hal mereka adalah unik sekali dalam dunia kuno yang lalu, dan keadaan yang menonjol ini telah terkubur bersama-sama dengan mereka. Karena mereka tidak berminat dalam kemenangan-kemenangan perang, terkecuali perdagangan saja; dan mereka tidak segan membayar upeti kepada penguasa-penguasa militer selama penguasa-penguasa itu tidak mencampuri dalam hak-hak perdagangan mereka. Mereka memiliki suatu kemampuan yang sama seperti orang-orang Gerika untuk berasimilasi dengan siapa saja apakah itu Mesir, Babilonia, Asur, Persia atau pun sesuatu fase peradaban lain yang ditawarkan kepada mereka. Tetapi kesenangan utama mereka terletak dalam mencipta, keahlian tehnik, kegiatan usaha, dan dalam bidang industri. Dalam pekerjaan besi, emas, tembikar, gelas, dan cat pewarna ungu, mereka dalam dunia kuno yang lalu itu tidak ada tandingannya.

 

 

 

"Kita ingat dari ceritera Wasiat Lama mengenai keinginan Daud untuk mendirikan sebuah kaabah yang pantas bagi ibadah kepada Allah Israel. Telah diketahui secara mendalam olehnya, bahwa pekerjaan itu lebih baik dibiarkan saja kepada anaknya Solaiman. Demikianlah kita lihat Solaiman telah mengikat suatu perjanjian dengan Hiram, Raja dari Tsur. Hiram akan menyediakan kayu cedar dan kayu cypres, berikut tukang-tukang kayunya dan tukang-tukang batunya bagi bangunan itu, dan untuk mengapalkan bahan-bahan material itu di atas rakit-rakit ke Juda. Banyak dari pada keindahan bagian luar dari peraturan Solaiman yang brilliant dan mencolok itu adalah hasil keahlian teknis para ahli pengukir Phenicia ini. Melalui kota-kota mereka mengalirlah barang-barang dagangan Arab dan Timur yang sangat menguntungkan; dan para penghasil barang-barang mereka itu terus sibuk memproduksi hasil-hasil mereka yang berupa barang-barang metal, gelas, dan cat pewarna ungu. Melalui lautan dan daratan mereka itu membuat perjalanan kemana-mana- yaitu misi-misi dagang - ahli-ahli tawar menawar dari Dunia Kuno yang lalu. Pada zaman Homer, orang-orang Phenicia dikenal menjadi bajak-bajak laut - perampok-perampok -- dan pedagang-pedagang hanya karena kebetulan. Mungkin sekali tidak lebih buruk dari pada dongeng saja, tetapi kepada kita diceriterakan, bahwa mereka itu membawa perhiasan-perhiasan mereka, manik-manik, dan perhiasan-perhiasan murahan lainnya, yang dijualnya dengan harga-harga tinggi dan anak-anak lelaki dan perempuan yang diculik dijual di pasar-pasar bagian timur sebagai usaha sampingan." - Essential Knowledge, - The Phenicians, vol. 1, pp. 69, 70.

 

Minyak dan Air Anggur Janganlah Dirusakkan

 

Ayat 6: "Maka aku dengar suatu suara di tengah-tengah keempat binatang itu mengatakan: ……., tetapi perhatikanlah olehmu agar minyak dan air anggur jangan kau rusakkan." Menurut Wahyu 4 : 6 ke empat binatang itu berada pada sekeliling tahta. Oleh sebab itu, maka tahta itu terdapat di tengah-tengah binatang-binatang itu. Yahya mengatakan: "Maka aku dengar suatu suara di tengah-tengah empat binatang itu." Salah satu dari perkara-perkara yang didengarnya ialah, "perhatikanlah olehmu agar minyak dan air anggur jangan kau rusakkan." Oleh karena itu apapun yang dimaksudkan oleh simbol itu, ia itu bukan dari pada manusia, melainkan dari pada Allah, karena adalah Dia yang telah memerintahkan, "Minyak dan air anggur jangan kau rusakkan.

 

 

 

"Adalah suatu kenyataan yang telah diakui oleh hampir semua siswa Alkitab, bahwa "minyak" biasanya digunakan oleh InjiI sebagai simbol dari Roh Suci, seperti terdapat di dalam Mazmur 45 : 7; Yesaya 61 : 1 - 3; Zakharia 4 : 12. "Air anggur" telah digunakan sebagai simbol dari darah Kristus, dan karena "kehidupan terdapat di dalam darah," maka air anggur menunjukkan kehidupan kekal, yang terdapat hanya di dalam "Anak Domba Allah yang menghapuskan dosa-dosa dunia." Yesus mengatakan: "Segala perkataan yang Aku bicarakan kepadamu itu ialah roh dan sekaliannya itu adalah kehidupan" -- "minyak" dan "air anggur". Semua perkataan di dalam Alkitab ialah "Roh" dan "Kehidupan." Oleh sebab itu, maka perintah yang berbunyi: "minyak dan air anggur janganlah kau rusakkan," adalah dimaksudkan kepada Alkitab - yaitu Roh dan Kehidupan. Tetapi mengapakah perintah itu diberikan kepada pengendara yang istimewa ini ? Mengapa tidak kepada salah seorang dari yang lain-Iainnya ? Satu-satunya jawaban yang dapat diberikan ialah, bahwa masa periode di bawah lambang kuda hitam dan pengendaranya itu telah melahirkan Alkitab itu. Perintah itu telah dipatuhi sehingga Alkitab telah datang. Dalam masa penyembahan berhala dan kegelapan rohani yang begitu pekat, Allah oleh kasih-Nya yang tidak pernah gagal itu, telah memberkahi keluarga manusia dengan hadiah Firman tertulis-Nya sebagai sebuah Terang kepada dunia. Suara dari tahta "Minyak dan air anggur jangan kau rusakkan," ialah suara di dalam Alkitab dan kata-kata dari Yehovah. Bagian tersisa dari ayat enam akan dijelaskan dalam penyelidikan yang lain.

 

                                Meterai Yang Keempat

 

Ayat 7 dan 8 berbunyi: "Maka setelah ia membuka meterai yang ke-empat aku dengar suara binatang yang ke-empat itu mengatakan, 'Marilah dan lihatlah.' Maka aku tampak adalah seekor kuda kelabu, dan orang yang duduk di atasnya itu Maut namanya, maka alam maut itu mengikut sertanya. Maka kuasa dikaruniakan kepada keduanya atas seperempat bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan, dan dengan kematian, dan dengan segala binatang yang di bumi."

 

 

 

Karena sejarah Wasiat Lama itu berakhir dengan meterai yang ke tiga, maka sejarah Wasiat Baru dimulai dengan pembukaan meterai yang ke-empat. Dengan sendirinya kuda kelabu itu dan binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7 : 7, 8 menempati masa periode yang sama. Jelaslah binatang yang satu harus menyamai binatang yang lainnya atau simbol itu tidak akan sempurna. Romawi telah dilambangkan oleh seekor binatang yang tak tergambarkan karena pemerintahannya adalah campuran dari undang-undang sipil dan agama, dengan ajaran-ajaran Kapir dan Kristen. Oleh sebab itu, maka ia itu adalah tak dapat digambarkan seperti yang dijelaskan terdahulu. Kuda kelabu itu pun mempunyai arti yang sama, karena corak warna kulitnya samar-samar, kurang, tidak memiliki warna tertentu atau yang pasti. Kelabu - tak tergambarkan.

 

 

 

Pengendara melambangkan kepala-kepala pemerintahan yang berkuasa. Namanya adalah Maut. "Kematian dan Neraka (neraka atau kubur seperti terdapat di dalam salinan revised version) mengikuti dia." Ini adalah suatu gambaran yang tepat mengenai penguasa Romawi penganiaya yang tidak adil itu, yang berkaitan dengan binatang seperti yang disaksikan oleh Daniel: "Ia itu menelan dan menghancur luluhkan, dan memijak-mijak sisanya dengan kakinya." Pada pembukaan meterai yang ke-empat, Romawi, dibawah simbol dari binatang yang tak tergambarkan itu dalam kedua tahapnya (kekaizaran dan kepausan) telah menganiaya rakyatnya karena kepercayaan agama mereka, sehingga berjuta-juta orang telah kehilangan nyawa mereka. Oleh karena itu, maka "Kematian dan Neraka (kubur) telah mengikuti dia."

 

 

 

"Maka kuasa telah dikaruniakan kepada keduanya atas seperempat bumi; untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan, dan dengan kematian, dan dengan binatang-binatang buas di bumi." Di sini diberikan masanya yang tepat dalam mana kekaizaran Romawi dan kepausan Romawi akan berkuasa penuh meliputi seluruh bumi, untuk membunuh para pengikut Kristus melalui cara-cara dari berbagai bentuk kekejaman. Kembali, perhatikanlah kesempurnaan Firman menggunakan kata pengganti orang "keduanya," yang berarti kekaizaran Romawi dan kepausan Romawi, juga penguasa sipil dan agama. Perhatikan bagian pertama dari kalimat itu. "Dan kekuasaan dikaruniakan kepada keduanya atas seperempat bumi." Bumi yang sekarang ini semenjak dari kejadian dunia sampai kepada akhirnya atau permulaan dari miIIenium itu, akan berjumlah 6000 tahun. Pengendara kuda kelabu itu akan memperoleh kekuasaan meliputi seperempat bumi. Kita membagi 6000 itu ke dalam empat bagian yang sama, maka kita akan memperoleh 1500 tahun. Oleh sebab itu, maka penganiayaan kejam dan tidak adil oleh Romawi itu akan kehilangan kekuatannya pada akhir dari 1500 tahun itu atau dari seperempat bagian itu. Dan memang itulah yang benar-benar terjadi. Pada waktu itu Martin Luther telah bangkit melawan Paus sehingga telah menimbulkan luka parah, dengan menggunakan kebenaran sebagai alatnya - "Orang benar akan hidup oleh iman." Dan sebagai hasilnya adalah Protestantisme telah naik ke gelanggang melawan kepausan. Sampai kepada permulaan abad ke lima belas kepausan telah memerintah dengan penuh kekuasaan sebagai raja atas segala raja, dengan tangan besi dari negara dalam selubung apa yang disebut kekuasaan rohani; tetapi pada saat itulah kekuasaannya hancur.

 

 

 

Semenjak dari penyaliban Kristus sampai kepada "Augsburg Confession", yaitu suatu dokumen yang disusun oleh Luther, telah meliputi suatu periode selama 1500 tahun. Dokumen ini telah ditandatangani oleh negara-negara protestan dan diakui sebagai pernyataan kepercayaan mereka, dan merupakan suatu protest melawan paus. Dengan demikian pada saat yang ditentukan kekuasaan mereka itu, yaitu Kapir dan Paus, pecahlah. (Lihat buku Tongkat Gembala, Jilid 1, Bab Ringkasan Dari Hal Mereka Yang 144.000 Itu). Demikianlah dengan tepatnya menggenapi lambang nubuatan bahwa "kekuasaan dikaruniakan kepada keduanya atas seperempat bumi." Disinilah terdapat suatu kebenaran yang meruntuhkan pendapat manusia bahwa bumi ini telah berada lebih lama dari 6000 tahun. lni pun membuktikan pengaplikasian meterai-meterai itu benar-benar mutlak tepat.

 

 

 

Hanya empat ekor kuda yang diperkenalkan dan bukan tujuh ekor, atau seekor kuda untuk sebuah meterai. Empat adalah suatu angka Alkitab lain lagi untuk menunjukkan, bahwa lambang dari kuda-kuda itu adalah meliputi dunia secara luas (empat penjuru bumi). (Lihat Judul Paragraf Beruang Dan Harimau Kumbang). Sementara angka bilangan kuda-kuda itu melambangkan akibat dari kutuk dosa secara universal, angka bilangan meterai-meterai menunjukkan kelengkapan Injil dan pemeteraian dari pada orang-orang suci.

 

 

 

Meterai Yang Ke Lima

 

 

 

Ayat 9 - 11 berbunyi: "Maka setelah ia membuka meterai yang ke-lima aku tampak di bawah medzbah jiwa-jiwa dari mereka yang telah mati dibunuh karena firman Allah dan karena Kesaksian yang dipegangnya; maka mereka itu berseru dengan suara besar, katanya: 'Berapa lamakah lagi Ya Tuhan yang suci dan benar, tiadakah Engkau mengadili dan membalas semua darah kami ke atas mereka yang tinggal di bumi itu ?' Maka kepada masing-masing mereka dikaruniakan sebuah jubah putih; dan dikatakan kepada mereka itu, bahwa mereka hendaknya bersabar dalam sedikit masa lamanya sampai semua sesama hamba mereka pun semua saudara mereka yang akan dibunuh seperti mereka itu akan digenapi."

 

 

 

Berakhirnya meterai yang satu dan pembukaan meterai yang lainnya telah memakan waktu tiga puluh tahun. Dengan demikian meterai yang ke-empat itu berakhir dalam tahun 1530 T.M., sampai kepada masa periode pengendara kuda kelabu itu kelak memperoleh kekuasaannya. Oleh karena itu, maka reformasi oleh Luther itu jatuh dalam masa meterai ke lima; dan sesudah ia itu terbuka, Yahya menyaksikan "jiwa-jiwa dari mereka yang telah dibunuh karena firman Allah," dibawah meterai yang ke-empat. "Dan telah dikatakan kepada mereka itu (mereka yang dibunuh itu), bahwa mereka hendaknya bersabar dalam sedikit masa lamanya sampai semua sesama hamba mereka pun dan semua saudara mereka yang akan dibunuh seperti mereka itu akan digenapi." Kata-kata ini menunjukkan, bahwa walaupun kekuasaan mutlak despotisme telah kehilangan giginya, namun aniaya belum sama sekali berakhir, karena semua sesama hamba mereka itu dan juga saudara-saudaranya masih lagi akan dibunuh di bawah meterai yang ke lima. Yahya mengatakan: "Maka setelah Ia membuka meterai yang ke lima, aku tampak di bawah medzbah jiwa-jiwa dari mereka yang telah mati dibunuh karena firman Allah." Oleh sebab itu, maka itulah orang-orang Kristen yang telah dibunuh.

 

 

 

Medzbah itu pun adalah lambang; maka ia pun harus diperhatikan. Medzbah biasanya digunakan untuk berbakti; dan karena jiwa-jiwa mereka itu yang telah dibunuh karena Firman Allah terdapat di bawahnya, dapatlah kita ketahui bahwa itu adalah suatu medzbah dari perbaktian yang benar- reformasi oleh Luther.

 

 

Meterai Yang Ke Enam

 

Ayat 12, 13 berbunyi: "Maka aku tampak setelah Anak Domba itu membuka meterai yang ke-enam, maka heran, terjadilah suatu gempa bumi yang besar, dan matahari menjadi hitam seperti suatu kain kabungan dari pada rambut dan bulan menjadi seperti darah, dan bintang-bintang di langit berguguran ke bumi seperti pohon ara meluruhkan buah-buah buruknya apabila ia digoncangkan angin yang keras."

 

 

 

Meterai ke-enam dibuka dengan gempa bumi Lisbon pada tanggal 1 November 1755. Menyusul gempa bumi itu matahari telah digelapkan pada tanggal 19 Mei 1780, dan bulan terlihat seperti darah pada malam berikutnya. "Kejatuhan bintang-bintang itu," menunjuk kepada hujan meteor besar pada 13 November 1833. Sambil memandang kedepan kepada kegenapan dari semua tanda-tanda ini, maka Yesus mengatakan: "Segera setelah hari-hari sengsara itu matahari kelak akan digelapkan, dan bulan tiada akan memberi cahayanya, dan bintang-bintang akan berguguran dari langit, dan segala kekuatan dari segala langit akan bergoncangan." (Matius 24 : 29). Oleh sebab itu, maka di bawah meterai yang ke-enam telah datang tanda-tanda dari akhir zaman - gempa bumi besar dalam tahun 1755, hari gelap dalam tahun 1780, bintang-bintang berguguran dalam tahun 1833, dan permulaan pehukuman dalam tahun 1844.

 

 

 

Mengenai ayat-ayat 14 - 17, terdapat komentar di dalam buku Testimonies for the Church, vol. 9, halaman 267, 268 sebagai berikut: "Dan langit berlalu seperti suatu gulungan surat apabila ia itu tergulung; dan setiap gunung dan pulau berpindah tempatnya. Maka raja-raja di bumi, dan orang-orang besar, dan orang-orang kaya, dan para panglima perang, dan orang-orang perkasa, dan setiap orang yang tertawan, dan setiap orang yang merdeka, sekalian mereka menyembunyikan diri di dalam lubang-lubang batu dan dibawah batu-batu karang dari gunung-gunung; sambil berkata kepada gunung-gunung dan batu-batu karang itu, Timpalah atas kami, dan sembunyikanlah kami dari pada wajah Dia yang duduk di atas tahta itu, dan dari murka Anak Domba itu; karena hari besar murka-Nya itu telah datang; maka siapakah yang mampu berdiri? (Wahyu 6 : 12 - 17). Sesudah ini aku tampak, maka heran, suatu rombongan besar yang tak seorang pun dapat menghitungnya, berasal dari segala bangsa, dan suku-suku bangsa, dan orang banyak, dan bahasa-bahasa, berdiri sekaliannya di hadapan tahta, dan di hadapan Anak Domba itu, berpakaian jubah-jubah putih, dan pelepah kurma di dalam tangan mereka; sambil berseru dengan suara besar, katanya, Keselamatan bagi Allah kita yang duduk di atas tahta, dan bagi Anak Domba ….. lnilah mereka yang keluar dari sengsara yang besar itu, dan mereka telah mencuci jubah-jubah mereka dan telah memutihkannya di dalam darah dari Anak Domba."…………… Wahyu 7 : 9 - 17."

 

Sesuai dengan kesaksian berikut ini, Wahyu 6 : 12 - 17 memiliki pengaplikasian dua kali; dan adalah jelas bahwa ayat-ayat ini juga menunjuk kepada masa pembersihan sidang Allah, karena hamba Tuhan mengatakan, "Dalam injil ini dua rombongan diperlihatkan. Rombongan yang satu membiarkan diri mereka disesatkan, lalu berpihak kepada orang-orang terhadap siapa Tuhan menentang. Mereka telah mengacaukan pengertian pekabaran yang telah dikirim kepada mereka, dan mereka telah memakaikan pada dirinya jubah-jubah kebenarannya sendiri. Dosa tidak lagi terlihat keji pada pemandangan mata mereka. Mereka mengajarkan kepalsuan sebagai kebenaran, dan karena merekalah banyak jiwa telah disesatkan." - Testimonies for the Church, vol. 9, halaman 268. Dapatlah disimpulkan dari kesaksian yang baru saja dikutip itu, bahwa mereka telah mengajarkan kepalsuan. Kami mohon para pembaca memikirkan apa yang telah diajarkan dari simbol-simbol yang ditemukan di dalam buku-buku Daniel dan Wahyu. Misalnya, pikirkanlah kebenaran yang dikemukakan di sini, diperbandingkan dengan apa yang telah diajarkan bertahun-tahun lamanya.

 

Meterai Yang Ke Tujuh, Wahyu 8 : 1 - 5


Ayat 1, 3 - 5 berbunyi: "Maka setelah Ia membuka meterai yang ke-tujuh itu, sunyi senyaplah di dalam sorga kira-kira setengah jam lamanya. Maka datanglah seorang malaikat yang lain lalu berdiri pada sisi medzbah itu, sambil memegang sebuah perukupan emas; maka telah diberikan kepadanya banyak kemenyan, supaya ia mempersembahkan itu bersama-sama dengan doa-doa dari segala orang suci pada medzbah keemasan itu yang ada di hadapan tahta. Maka asap kemenyan yang keluar bersama-sama dengan doa-doa dari segala orang suci itu naiklah ke hadapan Allah dari tangan malaikat itu. Maka malaikat itu pun mengambil perukupan emas itu, lalu diisinya akan dia dengan api dari medzbah itu, lalu mencampakkannya ke bumi, maka terdengarlah suara-suara, dan bunyi guruh, dan kilat, dan suatu gempa bumi."

 

 

 

Kami telah mengabaikan ayat yang kedua, karena ayat itu menunjuk kepada tujuh trompet. Sunyi senyap di dalam sorga selama kira-kira setengah jam lamanya tidak mungkin merupakan kedatangan Kristus yang kedua kali, seperti yang disangka sebagian orang, sebab kemudian dari pada itu malaikat yang membawa perukupan emas dan kemenyan telah mempersembahkan doa-doa bagi segala orang suci dari medzbah keemasan itu. Medzbah itu berada di tempat suci, tepat berhadapan dengan tahta yang terdapat di dalam tempat yang maha suci. Kedua ruangan itu dipisahkan oleh sebuah tirai. Dalam hari grafirat, tirai atau pintu dari tabernakel bumi itu dibuka dan imam besar memasukinya. Tetapi hendaklah diingat, bahwa pintu itu (tirai) telah dibiarkan terbuka selama imam besar itu bertugas. Demikianlah kedua ruangan itu telah menjadi satu. Karena alasan inilah jemaat tidak diperkenankan berada di dalam tempat suci pada hari itu, seperti halnya mereka pada hari-hari lainnya, sebab tirai itu sedang diangkat, sehingga tempat suci itu pun telah menjadi maha suci. Dengan demikian, selagi pintu yang menuju ke tempat yang maha suci itu terbuka, maka jalan masuk ke tempat suci akan ditutup. Oleh sebab itu, maka hanya imam besar saja yang menggunakan kedua ruangan itu pada hari grafirat. (Lihat Immamat 16 : 17). Demikianlah medzbah keemasan di depan tahta, dari mana malaikat itu mempersembahkan doa-doa dari segala orang suci, dahulu digunakan, dan akan digunakan dalam kedua masa periode - sebelum, dan dalam masa pehukuman. Karena keseluruhan persidangan hukum itu (Hakim, Pembela, para Tua-Tua, dan sebagainya) berada di dalam kaabah sesudah meterai yang ketujuh dibuka, maka jelaslah bahwa sidang pehukuman sedang berlangsung, dan masa kasihan belum lagi berakhir pada saat "sunyi senyap" itu. Karena sesudah sidang pehukuman berakhir dan pintu kasihan ditutup, maka tidak seorang pun dapat memasuki kaabah itu. (Lihat Wahyu 15 : 8).

 

 

 

Kalau saja "sunyi-senyap" selama "setengah jam" itu telah menunjuk kepada kedatangan Kristus, pada waktu mana la akan membawa serta umat kesucian-Nya bersama-sama-Nya, maka tidak akan perlu lagi bagi malaikat itu untuk mempersembahkan doa-doa mereka. Selanjutnya, tidak akan perlu lagi untuk "mencampakkan" api, yaitu Roh Allah, dari medzbah keemasan ke bumi. Dan juga, jika pembukaan meterai yang ke-tujuh itu berarti kedatangan Kristus, maka hanya orang-orang yang berada di bawah enam meterai itu saja yang sudah akan dipertimbangkan di dalam sidang pehukuman itu, dan tidak mungkin lagi adanya meterai yang ke-tujuh, yang akan menunjukkan kurang lengkapnya dan sempurnanya pehukuman itu, dan kurang lengkapnya injil, ltu pun akan bertentangan dengan bilangan meterai-meterai pada buku itu. Sebagaimana enam meterai itu menunjuk kepada enam masa periode dalam mana orang-orang suci dimeteraikan, maka meterai yang ke-tujuh itu harus juga berlaku terhadap suatu masa pemeteraian; jika tidak, maka itu tidak mungkin dapat disebut "meterai" yang ketujuh.

 

 

 

Sekarang marilah kita pikirkan kebenaran yang diajarkan oleh meterai yang terakhir ini. Perhatikanlah dengan seksama urut-urutan dari masing-masing perbuatan. Meterai itu dibuka, lalu sunyi senyap menyusul, karena ia itu tertulis sebagai berikut: "maka setelah la membuka meterai yang ke-tujuh terjadilah sunyi senyap." Alkitab Revised Version, Weymouth, bahasa Gerika, dan Alkitab-Alkitab bahasa Bulgaria terbaca juga sedemikian. Sunyi-senyap itu disusul oleh seorang malaikat yang datang ke sisi medzbah itu dengan perukupan itu, setelah ia mempersembahkan doa-doa orang-orang suci. Dan kemudian ia mengisi perukupan itu dengan api, lalu mencampakkan api itu ke bumi, lalu kembali lagi suara-suara itu, dan guntur-guntur, dan kilat-kilat, dan gempa bumi. Inilah urut-urutan yang tepat dari setiap peristiwa.

 

 

 

Apakah yang membuat sunyi senyap itu ? Sementara sidang pehukuman itu dibuka, maka Yahya mengatakan: "Maka keluarlah dari tahta itu kilat-kilat, dan guntur-guntur dan suara-suara; "maka keempat binatang itu "tiada henti-hentinya baik siang baik malam menyebutkan, Suci, Suci, Suci, Tuhan Allah Yang Maha Kuasa." (Wahyu 4 : 5, 8). Suara-suara terus menerus berbunyi baik siang baik malam sementara sidang pehukuman itu berlangsung. Tetapi pada sesuatu saat setelah meterai yang ke-tujuh dibuka suara-suara ini berhenti untuk kira-kira setengah jam lamanya. Sesudah malaikat itu mempersembahkan doa-doa orang-orang suci dan mencampakkan api ke bumi, maka suara-suara itu kembali lagi menggema. "Maka terdengarlah suara-suara, dan guntur-guntur, dan kilat-kilat, dan gempa bumi." Ternyata sidang pehukuman itu, karena sesuatu alasan, telah berhenti, dan setengah jam kemudian ia itu dimulai lagi. Ia itu tidak mungkin sebaliknya, karena, jika sidang pehukuman itu sedang berlangsung, dan binatang-binatang dan para tua-tua itu tetap diam, maka itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah - sesuatu terhadap mana mereka belum dapat mengatakan "amin" lalu memuji Allah. Oleh sebab itu, satu-satunya kesimpulan ialah, bahwa karena sesuatu alasan pehukuman itu berhenti untuk setengah jam lamanya.

 

 

 

Apakah yang telah menyebabkan berhenti dan telah menimbulkan perubahan itu? Marilah pertama-tama kita menentukan dahulu lamanya dari pada setengah jam nubuatan itu. Dalam waktu nubuatan sehari adalah berarti setahun. (Yeheskiel 4 : 6). Satu jam ialah satu perdua-puluh empat bagian dari satu tahun nubuatan, dan jika sebulan dianggap tiga puluh hari, maka ia itu akan meliputi kira-kira dua minggu. Setengah jam akan berarti setengah dari dua minggu; jadi, tujuh hari yang sebenarnya. Tujuh hari lamanya akan digunakan bagi penyucian. (Lihat Keluaran 29 : 35, 37; Immamat 12 : 2; 13 : 4, 5; 1, 9, 11, 12, 14, 15, 21, dan sebagainya). Dari semua petunjuk ini kita mengambil kesimpulan, bahwa "setengah jam" atau tujuh hari itu tersedia bagi pembersihan sidang, yaitu menunjuk ke depan kepada kegenapan Maleakhi 3 : 1 - 6. Tetapi kita masih mempunyai bukti yang lebih pasti lagi, yang akan menghapuskan semua keragu-raguan.

 

 

 

Dalam melaksanakan Paskah Tuhan telah memerintahkan kepada Israel untuk merayakan kesempatan itu tujuh hari lamanya. (Lihat Immamat 23 : 5 - 8). Tentu saja tidak seorang pun akan mengatakan bahwa Allah memerintahkan umat-Nya memperingati peristiwa itu tujuh hari lamanya tanpa sesuatu tujuan apa pun. Israel badani yang masuk ke Mesir, kemudian keluar dari Mesir menuju ke Gunung Sinai, paskah di Mesir pada malam sewaktu malaikat maut membunuh anak-anak sulung dari manusia dan binatang pada saat keberangkatan Israel, adalah contoh-contoh dari sidang pada waktu sekarang ini - sidang keluar dari Mesir - keduniawian, pembersihan sidang, yaitu pemisahan lalang-Ialang dari pada gandum - kegenapan dari pada Yeheskiel pasal 9. (Penjelasan yang lengkap dari masalah ini diberikan di dalam buku Tongkat Gembala Jilid 1 BAB IV; Lihat juga bagan pada pelajaran berikut). Roh Nubuat menyaksikan hal ini dengan pernyataan sebagai berikut: "Paskah itu di samping merupakan peringatan juga merupakan contoh, bukan saja menunjuk ke belakang kepada kelepasan dari Mesir, tetapi juga ke depan kepada kelepasan yang lebih besar yang Kristus akan selesaikan dalam memerdekakan umat-Nya dari perhambaan dosa." - Patriarchs and Prophets, p. 277.

 

 

 

Dengan demikian sunyi-senyap setengah jam lamanya itu menunjuk ke depan kepada peristiwa besar ini bagi sidang Allah. Kegenapannya akan menghantarkan kita kepada masa penuaian itu, atau yang disebut, Seruan Keras dari Pekabaran Malaikat yang Ketiga dari Wahyu pasal 18 - pekabaran yang terakhir bagi dunia. Dengan demikian, sementara lima orang yang membawa senjata-senjata pembantaian itu menyingkirkan keluar orang-orang yang dilambangkan oleh lalang-lalang di dalam sidang, maka akan terjadi sunyi-senyap di dalam sorga setengah jam lamanya (tujuh hari), setelah mana sidang pehukuman itu akan dimulai kembali bagi orang-orang yang akan dimeteraikan dalam masa dari penuaian yang besar, yaitulah akhir dunia. Yesus mengatakan: "Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian; maka dalam masa penuaian itu Aku akan mengatakan kepada para penyabit, Kumpulkanlah dahulu olehmu lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya ke dalam berkas-berkas untuk dibakar; tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku" sidang. (Matius 13 : 30).

 

 

 

Mereka yang akan dimeteraikan pada masa itu telah disaksikan oleh Yahya sebagai suatu rombongan besar orang-orang yang memiliki pelepah kurma di dalam tangan mereka. (Lihat Wahyu 7 : 9). Karena itu gulungan surat itu telah mulai terbuka, dan pemeteraian orang-orang yang akan diadili selagi masih hidup itu, telah mulai. Seperti yang kami kemukakan terdahulu, malam paskah di Mesir itu adalah suatu contoh dari pembersihan sidang, yaitu pemisahan lalang-lalang dari pada gandum. Penyeberangan Laut Merah oleh orang-orang Israel menunjuk ke depan kepada kegenapan dari Yesaya pasal 63. (Lihat Buku Tongkat Gembala, Jilid 1, halaman 14 - 155).

 

 

 

Oleh sebab itu, maka nabi itu memberitakan kata-kata Tuhan sebagai berikut: "Karena hari pembalasan itu ada di dalam hatiku, dan tahun dari umat tebusanku ada datang." (Yesaya 63 : 4). Kami kutip ayat 1 - 3, juga ayat 17, 18 sebagai berikut: "Siapakah ini yang datang dari Edom, yang datang dari Bozrah dengan baju-baju berwarna merah ? Siapakah ini yang bersemarak dengan pakaian-Nya, yang berjalan dalam kebesaran kekuatan-Nya? Aku yang berbicara dengan kebenaran, berkuasa untuk menyelamatkan. Mengapakah pakaianMu merah begitu, dan baju-bajuMu seperti baju pengirik buah anggur ?Aku seorang diri yang telah melakukan pengirikan itu; dan dari antara umat itu tidak seorang pun menemani Aku; karena Aku hendak mengirik mereka dalam murka-Ku, dan menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku, maka darah mereka itu akan terpercik pada baju-baju-Ku, dan Aku akan menodai semua pakaian-Ku …… Ya Tuhan, mengapakah Engkau membiarkan kami sesat dari pada jalan-jalan-Mu, dan membiarkan kami mengeraskan hati terhadap takut akan Dikau ? Kembalilah Tuhan demi hamba-hamba-Mu, demi semua suku milik pusaka-Mu. Umat kesucian-Mu telah mempusakainya, tetapi hanya sementara; para lawan kami telah menginjak-injak kaabah kesucian-Mu."

 

 

 

Nabi itu menyaksikan Kristus sendiri yang kembali dari pembantaian orang-orang Edom - kelas orang-orang yang menyesatkan umat Allah di dalam sidang, yaitu lalang-lalang, atau para musuh yang telah menginjak-injak tempat kesucian-Nya. "Bozrah" berarti "kandang" - yaitu sidang. Ia melihat baju-bajunya ternodai dengan darah dari lalang-lalang itu, karena melepaskan umat-Nya dari tangan-tangan mereka. Nabi itu mengatakan: "Mengapakah pakaianmu merah begitu, dan baju-bajumu seperti baju pengirik buah anggur?" Pembersihan sidang itu memerlukan Kristus untuk meninggalkan tempat sidang pehukuman dan turun untuk melepaskan umat tebusan-Nya (mereka yang 144.000 itu), dan inilah yang menyebabkan sidang pehukuman itu berhenti, dan suara-suara didiamkan untuk kira-kira setengah jam lamanya -- yaitu tujuh hari. Roh Nubuat menyaksikan juga hal ini. "Tuhan Yesus akan bangkit berdiri dari tugas pembelaanNya di dalam kaabah kesucian sorga, dan Ia akan memakaikan diri-Nya dengan pakaian-pakaian pembalasan, lalu mengejutkan mereka pada pestanya yang tidak suci; maka mereka akan menemukan dirinya tidak siap bagi perjamuan kawin dari Anak Domba." - Testimonies for the Church, vol. 5, halaman 690. Petrus, yang memandang ke depan kepada pembersihan sidang Allah ini, dan permulaan pehukuman bagi orang-orang hidup itu, mengatakan: "Karena masa itu akan datang bahwa pehukuman harus dimulai pada isi rumah Allah; maka jika ia itu pertama sekali berlaku terhadap kita, apakah kelak akhir dari pada orang-orang yang tidak mematuhi injil Allah?" (1 Petrus 4 : 17).

 

 

 

Kalau saja sidang sebagai sebuah badan, atau sedikit-dikitnya para pemimpin dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh telah menyambut pekabaran reformasi seperti yang disampaikan kepada mereka itu di dalam buku Tongkat Gembala, Jilid 1, maka tidak lagi perlu bagi kelas orang-orang itu untuk dibinasakan oleh lambang kelima orang yang membawa senjata-senjata pembantai itu. Adalah penyambutan atau penolakan pekabaran itulah yang akan menentukan nasib dari kedua kelas orang-orang itu seperti yang digambarkan di dalam kesaksian berikut ini: "Saya menanyakan arti dari kegoncangan yang telah saya saksikan itu, maka telah ditunjukkan kepada saya, bahwa ia itu akan disebabkan oleh kesaksian yang tegas yang timbul dari nasehat saksi yang setia kepada orang-orang Laodikea. Ini akan membawa pengaruhnya pada hati penerimanya, dan akan memimpinnya untuk meninggikan standard dan mengucapkan kebenaran yang tegas itu. Sebagian orang tidak mau menerima kesaksian yang tegas ini. Mereka akan bangkit berdiri menentangnya, dan inilah yang akan menimbulkan suatu kegoncangan di antara umat Allah." - Early Writings, halaman 270.

 

 

 

Di dalam tempat kesucian bumi iman besar memasuki ruangan yang maha suci sekali setahun, dan pada hari yang tertentu itu setiap orang Israel harus mengakui dosanya. Barangsiapa yang lalai mematuhi persyaratan-persyaratan ilahi itu disingkirkan dari umat-Nya. (Lihat Immamat 23 : 29, 30). Dengan demikian hari grafirat contoh saingan, sidang pehukuman, atau penyucian kaabah kesucian itu, seperti yang dikemukakan di dalam Daniel 8 : 14, ialah suatu hari pembersihan bagi perkampungan Israel, sidang pembuangan dosa dan orang-orang berdosa. Kaabah kesucian bumi telah merupakan sebuah gambaran dari kaabah kesucian sorga. (Lihat Iberani 9 : 23, 24). Ia itu telah diadakan berikut dengan upacara bayangannya untuk menunjuk ke depan kepada tugas Kristus, Iman Besar kita di dalam kaabah kesucian sorga selama masa periode contoh saingan - sejarah Wasiat Baru. Sebagaimana kaabah kesucian itu berikut semua pelayanannya telah merupakan sebuah bayangan atau contoh dari pada kaabah kesucian yang sesungguhnya, yaitu kaabah kesucian sorga, di bawah pelayanan Kristus, maka hari grafirat contoh saingan itu harus menunjukkan kebenaran di dalam masa periode contoh saingan – yaitu sejarah kita.

 

 

 

Sementara sidang pehukuman bagi orang-orang hidup masih berlangsung, maka setiap dosa harus diakui dan dibuang. Barangsiapa yang melalaikan kesempatan yang besar ini, akan menemukan dirinya sendiri terlibat dalam kebinasaan yang kekal - disingkirkan dari antara umat-Nya. Melalaikan pokok masalah yang sangat penting ini tidak akan menguntungkan sedikitpun bagi kita.

 

Gambaran Reformasi

 

Gambaran reformasi yang besar ini yang dengan jelas dilambangkan oleh malaikat yang berdiri di sisi medzbah keemasan itu dengan doa-doa dari orang-orang suci, dan pencampakan api dari medzbah itu ke bumi, adalah diramalkan juga di dalam kesaksian berikut ini: "Dalam khayal-khayal pada malam hari gambaran-gambaran telah lewat di depan saya mengenai suatu pergerakan reformasi yang besar di antara umat Allah. Banyak orang sedang memuji-muji Allah. Orang sakit disembuhkan, dan berbagai tanda ajaib lainnya dibuat. Suatu roh pembelaan telah terlihat; bahkan seperti yang telah diperlihatkan sebelum hari Pantekosta yang besar dahulu. Beratus-ratus dan beribu-ribu telah terlihat mengunjungi keluarga-keluarga, dan membukakan ke hadapan mereka firman Allah. Banyak hati yang telah digerakkan oleh kuasa Roh Suci, dan suatu roh pertobatan yang sejati telah diperlihatkan. Pada setiap sisi jalan pintu-pintu telah dibuka lebar-lebar untuk menyambut pemberitaan kebenaran. Dunia tampaknya diterangi dengan pengaruh sorga. Berkat-berkat besar telah disambut oleh umat Allah yang benar dan sederhana." - Testimonies for the Church, vol. 9, halaman 126.

 

 

 

Saudara-saudaraku, Tuhan sedang berbicara kepada kita. Tidakkah kita mau mendengarkan suara-Nya ? Tidakkah kita mau mempersiapkan pelita-pelita kita lalu bertindak seperti orang-orang yang menunggui Tuhannya yang akan datang ? "Waktunya telah datang yang menyerukan bagi pembawaan terang dan untuk bertindak." Saya mohon kepadamu, bangkitlah dari tidur kematian. Janganlah membiarkan hari yang terakhir itu mendapatkan kamu dalam keadaan melarat akan kekayaan sorga itu.

 

 

 

Apakah semua orang hidup diadili dan dimeteraikan di bawah meterai yang ke-tujuh ? Ataukah sebagian orang telah dipertimbangkan sebelum pembukaan meterai itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kami mengutip Wahyu 8 : 3 yang berbunyi sebagai berikut: "Maka telah datang seorang malaikat yang lain lalu berdiri pada sisi medzbah itu, sambil memegang sebuah perukupan emas; dan telah dikaruniakan kepadanya banyak kemenyan supaya ia mempersembahkan itu bersama-sama dengan doa-doa segala orang suci ke atas medzbah keemasan yang berada di depan tahta." Perhatikan, doa dipersembahkan bagi semua orang suci. Tidak seorang pun yang mengerti kebenaran Allah akan berani berdoa bagi orang mati, karena itu adalah kekejian di hadapan pemandangan Allah; bahkan malaikat pun tidak akan mau melibatkan dirinya dalam dosa yang sedemikian ini.

 

 

 

Pemazmur menyatakan bahwa doa-doa bagi orang mati adalah ciptaan orang-orang Kapir, "Mereka menggabungkan dirinya pun kepada Baal Peor, dan memakan korban-korban sembelihan bagi orang mati. Demikianlah mereka membangkitkan murka Tuhan dengan segala perbuatannya, sehingga celaka pecah atas mereka itu." (Mazmur 106 : 28, 29). "Orang mati tiada akan memuji-muji Tuhan, juga tidak seorangpun yang turun ke dalam tempat yang sunyi." (Mazmur 115 : 17). Jika orang mati tidak memuji-muji Allah, maka bagaimanakah dapat seorang malaikat mempersembahkan suatu doa bagi mereka ke hadapan Allah ?

 

 

 

Kata-kata, "semua orang suci," menunjuk kepada semuaorang hidup yang akan diadili. Terbukti bahwa ini dilaksanakan di bawah meterai yang ketujuh. Jika "semua", maka pastilah bahwa semua orang suci yang hidup akan dihitung di bawah meterai yang ketujuh. Dengan demikian, maka dengan dibukanya meterai yang ketujuh, mulailah sidang pehukuman itu bagi semua orang suci yang hidup. Janganlah membiarkan apapun mengacaukan Saudara dalam hal ini. Jika kita mengatakan doa-doa semua orang suci itu ada sesuatu hubungannya dengan orang mati, maka sekaliannya itu sudah harus dipersembahkan pada permulaan sidang pehukuman - yaitu pembukaan meterai yang pertama, karena sesudah sidang pehukuman doa-doa itu tidak dapat bermanfaat bagi mereka.

 

 

 

Perhatikanlah kata-kata pada pembukaan pehukuman bagi orang-orang mati dalam tahun 1844 sebagai berikut: "Dan setelah Ia mengambil kitab itu, maka ke empat binatang itu dan dua puluh empat tua-tua tunduk bersujud ke hadapan Anak Domba itu, masing-masingnya memegang kecapi dan bokor emas yang penuh dengan bau-bauan, yaitu doa-doa orang-orang suci." (Wahyu 5 : 8). Tandailah, bahwa tidak seorang malaikat pun mempersembahkan doa, tetapi doa-doa orang-orang suci itu disampaikan oleh binatang-binatang dan para tua-tua itu oleh perantaraan pujian dengan kecapi bokor-bokor emas yang penuh dengan bau-bauan itu; artinya, tidak ada suatu doa pun yang dipersembahkan bagi orang mati, tetapi doa-doa mereka yang sudah mereka ucapkan, yang telah dicatat selagi mereka masih hidup, itulah yang dipersembahkan ke hadapan tahta. Mereka yang 144.000 itu dimeterai sebelum sunyi-senyap "setengah jam", atau pada pembukaan meterai itu, tetapi mereka diadili dalam masa periode dari meterai yang ketujuh, karena doa itu adalah bagi "semua" orang suci - orang-orang hidup.

 

 

 

Adakah sesuatu cara dengan mana kita dapat rnenentukan saat dari pembukaan meterai itu, dan permulaan pehukuman bagi orang-orang hidup ? Jika Allah begitu setia mengungkapkan kepada semua orang hidup permulaan pehukuman bagi orang-orang mati, maka tidak akan mungkin bahwa Ia akan tetap merahasiakan masa pehukuman bagi orang-orang hidup itu. Jika Ia tetap merahasiakannya, maka kita tidak akan memiliki kebenaran sekarang apapun dalam masa meterai yang terakhir; juga tidak akan ada keadilan dalam pengrahasiaan yang sedemikian ini, dan juga pehukuman yang sedemikian tidak mungkin sah secara hukum. Oleh sebab itu, sebuah ungkapan tentang pehukuman bagi orang-orang hidup adalah sangat penting sama seperti ungkapan injil itu sendiri. Karena pehukuman itu (penghapusan dosa-dosa) ialah tindakan yang termulia di dalam injil Kristus. Dengan demikian kita menyimpulkan, bahwa apabila meterai itu dibuka, dan pehukuman bagi orang-orang hidup dimulai, maka kita harus mengetahuinya. Hari grafirat itu dalam contohnya membuktikan sama, karena orang-orang Israel telah diberitahu dengan sebaik-baiknya akan peristiwa itu, mengenai kewajiban-kewajiban mereka, dan akibat-akibatnya.

 

 

 

Tanggal dari peristiwa termulia bagi orang-orang benar, tetapi sangat mengerikan bagi orang-orang jahat itu, akan diumumkan pada kegenapan dari ayat yang berikut ini: "Maka malaikat itu mengambil pedupaan, lalu mengisinya dengan api dari medzbah itu, lalu mencampakkannya ke bumi; maka terdengarlah suara-suara, dan guntur-guntur, dan kilat-kilat dan gempa bumi." (Wahyu 8 : 5). Pencampakan api dari medzbah itu ke bumi ialah penuangan Roh Allah. Kami telah menegaskan di depan, bahwa buku Wahyu ialah suatu ungkapan dari nubuatan-nubuatan, dan bukan sebuah nubuatan sendiri. Oleh sebab itu, maka kita akan menemukan ramalan dari peristiwa yang mulia ini di dalam Yoel 2 : 28, 29. "Suara-suara, dan guntur-guntur, dan kilat-kilat itu," menunjukkan pembukaan pehukuman bagi orang-orang hidup, seperti juga yang ditunjukkan olehnya terhadap pembukaan pehukuman bagi orang-orang mati (Lihat Wahyu 4 : 5). Gempa bumi akan merupakan pertanda dari peristiwa itu.

 

Ringkasan Dari Permulaan dan Berakhirnya

Meterai-Meterai

 

Meterai yang pertama meliputi seluruh masa periode semenjak dari Adam sampai kepada air bah; meterai kedua, semenjak dari air bah sampai kepada Ibrahim; meterai ketiga, semenjak dari Ibrahim sampai kepada Kristus, meterai ke empat, semenjak dari Kristus sampai kepada tahun 1500 T.M.; meterai kelima, semenjak dari tahun 1500 sampai tahun 1755; meterai ke enam, semenjak dari tahun 1755 sampai kepada kegenapan nubuatan Yeheskiel pasal 9; meterai ke tujuh, sampai kepada berakhirnya masa kasihan.

 

 

 

Tetapi, meterai-meterai itu, dalam arti kata, sekaliannya itu tidak tertutup. Mereka terus terbuka dan saling meliputi satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, penduduk bumi masih terus berkembang (Adam - "menang dan akan memenangkan lagi"); perang-perangan di antara bangsa-bangsa adalah terus meningkat, dan perdamaian telah lenyap dari bumi. Jadi, "pedang" itu masih tetap berada di dalam tangan pengendara kudanya. Perdagangan adalah terus bertumbuh ("neraca-neraca timbangan"), dan aniaya belum berhenti, melainkan akan hidup kembali, dan akan menimbulkan suatu masa kesusahan yang sedemikian ini belum pernah ada, seperti yang dilukiskan oleh Daniel nabi itu. (Daniel 12 : 1). Tanda-tanda zaman di bawah penutupan meterai yang ke enam sedang berbicara dengan makin keras lagi. Tetapi segera setelah berakhirnya meterai yang ke-tujuh, maka setiap perkara di bumi akan berhenti selama seribu tahun.