BERUANG DAN HARIMAU KUMBANG

 

 

Contoh yang dibuat dari raja-raja Babilon itu hendaknya menjadi sebuah objek pelajaran kepada semua raja-raja yang berikutnya. Pengaruh kehidupan beriman dari Kores dapat juga dipertahankan, tetapi raja-raja Medo-Persia itu seperti juga halnya orang-orang Kasdim itu, mereka mencari kemuliaan duniawi tanpa takut akan Dia yang dapat mendirikan kerajaan-kerajaan, dan menyingkirkan raja-raja.

 

Pelajaran yang tak ternilai yang diajarkan oleh pehukuman terhadap raja-raja Kasdim itu seharusnya merupakan berkat bagi mereka, tetapi di dalam ingatan mereka yang sia-sa mereka menjauhi diri dari pada sumber kebijaksanaan yang benar dan dari kekuasaan yang tidak pernah gagal. Dengan demikian apa yang dimaksudkan sebagai suatu berkat bagi mereka ternyata telah menjadi suatu hukuman. Oleh sebab itu, raja-raja dari Medo-Persia telah bertumbuh menjadi terburuk dari pada raja-raja Grika yang patung-patungnya adalah dewa-dewa mereka, dan selera-selera lidahnya yang kacau merupakan satu-satunya pedoman hidup mereka. Dengan demikian kembali tiba masanya bagi tulang-tulang rusuk di dalam mulut beruang itu untuk berbicara, "Bangkitlah kamu dan makanlah daging yang banyak." Oleh karena itu, lengan Dia Yang Maha Kuasa itu ditarik dari raja Persia, dan Alexander dengan kecepatan seekor burung garuda maju menangkap mangsanya. Demikianlah Medo-Persia membuka pintu gerbangnya bagi peperangan-peperangan berdarah dalam sejarah dunia kita. Dengan cara inilah kata-kata yang berbunyi "Bangkitlah kamu dan makanlah daging yang banyak." menemui kegenapannya.

 

Daniel mengatakan: "Maka sementara aku rnemperhatikannya, tampaknya seekor kambing jantan datang dari sebelah barat yang melintasi seluruh muka bumi, tanpa menyentuh tanah; maka kambing jantan itu mempunyai sebuah tanduk yang terkenal di antara kedua matanya. Maka datanglah ia mendapatkan domba jantan yang memiliki dua tanduk itu, maka ia pun menerjang kepadanya dengan sangat kuatnya. Dan aku melihatnya datang mendekati domba jantan itu, dan ia menerjang kepadanya dengan geramnya, dan menanduk kepadanya, dan mematahkan kedua pucuk tanduknya; maka domba jantan itu tiada berdaya lagi untuk berdiri di hadapannya, maka dihempaskannya akan dia ke tanah, dan dipijak-pijaknya akan dia; dan seorang pun tiada yang dapat melepaskan domba jantan itu dari pada tangannya. Domba jantan yang kau lihat memiliki dua pucuk tanduk itu adalah raja-raja Medi dan Persia. Dan kambing jantan yang besar itu ialah raja dari Gerika; dan tanduk besar yang terdapat di antara kedua matanya itu ialah raja yang pertama." (Daniel 8 : 5 - 7, 20, 21). Oleh sebab itu, Alexander, yang keinginannya untuk berkuasa tidak rnengenal batas itu adalah yang pertama berhasil memimpin barat memerangi timur.

 

Tetapi begitu Alexander mengalahkan kerajaan itu terlibatlah ia dalam suatu pesta makan minum yang memabukkan, dan ia mati selagi ia masih muda. Dengan demikian tanduk dari "kambing jantan" itu patah dari antara kedua matanya, "maka gantinya telah muncul empat pucuk tanduk yang terkenal mengarah ke empat mata angin di langit." Alexander karena tidak mempunyai seorang pengganti untuk mewarisi tahtanya, maka kerajaan itu terbagi di antara empat orang jenderalnya, yaitu Cassander, Lysimashus, Ptolemy, dan Seleucus. Dengan demikian waktu dan takdir mendatangkan binatang harimau kumbang yang berkepala empat.

 

Domba Jantan dan Kambing Jantan

 

Seluruh pertikaian di antara bangsa-bangsa dilambangkan oleh domba jantan dan kambing jantan, dengan berbagai macam tanduk yang muncul dan yang patah. Mengapa domba jantan dan kambing jantan? Mengapa tidak jenis binatang yang lain? Yesus memberikan jawabannya sebagai berikut: "Maka dihadapan-Nya akan berhimpun segala bangsa; dan Ia akan memisahkan mereka itu satu daripada lainnya, seperti gembala memisahkan domba-dombanya daripada kambing-kambing. Dan Ia akan menempatkan domba-domba itu pada sebelah kanan-Nya, tetapi kambing-kambing itu pada sebelah kiri-Nya." (Matius 25 : 32, 33).

 

 

Melalui binatang-binatang piaraan ini ilham membawakan pengertian bahwa penduduk bumi adalah hanya domba-domba dan kambing-kambing - agama yang benar dan yang palsu. Tetapi mengapakah Medo-Persia dilambangkan oleh domba dan Gerika oleh kambing jantan? Mengapa tidak sebaliknya? Raja-raja dari kerajaan Medo-Persia telah menjadi orang-orang percaya kepada Allah yang benar seperti dijelaskan terdahulu; dengan demikian mereka memiliki prinsip-prinsip yang bertentangan terhadap prinsip-prinsip yang dianut orang-orang Gerika. Karena alasan itulah Medo-Persia telah dilambangkan oleh seekor domba jantan, dan Gerika oleh seekor kambing jantan. Ajaib benar untuk dicatat betapa tepatnya dan bijaksananya hikmah pengetahuan yang besar serta pengawasan dari Dia Yang Tak Terbatas itu, seperti yang dilaksanakan dalam merencanakan semua simbol ini. Hanya Yang Maha Kuasa yang dapat menciptakan seni nubuatan yang sempuma sedemikian ini, yang meramalkan peristiwa-peristiwa sejarah.

 

Kerajaan Tembaga Memerintah Dunia

 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa singa, beruang, dan harimau kumbang adalah binatang-binatang yang ditentukan nomor bilangannya secara ilahi. Harimau kumbang karena merupakan kerajaan yang ke-empat semenjak kejadian dunia, dan karena angka nomor-nomor itu dalam cara penomoran ini berakhir dengannya, maka dengan sendirinya timbul pertanyaan: Mengapa urutan penomoran itu tidak dilanjutkan terhadap binatang-binatang yang datang menyusul harimau kumbang itu? Ada beberapa alasan bagi perubahan ini dengan binatang yang dimaksud. Karena Romawi secara perlahan-lahan bangkit dari dalam kerajaan Grika ia pada akhirnya menarik bagian yang terakhir dari Grika dan dinasti Ptolemy menjadi sebuah propinsi dari Negara Romawi pada kira-kira tahun 27 sebelum Tarik Masehi. Dengan demikian Wasiat Lama berakhir dengan Grika dan dengan Romawi Wasiat baru dimulai. Oleh sebab itu, diantara Grika dan Romawi terletak garis pemisah. Juga perlu dicatat bahwa binatang-binatang yang melambangkan Wasiat Lama adalah tidak bertanduk, tetapi binatang-binatang dalam Wasiat Baru adalah bertanduk. Semuanya menunjukkan berakhirnya periode contoh dan dimulainya periode contoh saingan.

 

Angka-angka dari Alkitab adalah bagaikan lapisan-lapisan logam yang terjadi di bawah permukaan bumi. Beribu-ribu orang melintasi perbendaharaan yang tidak dikenal ini sampai kemudian sesuatu kuasa yang tak terlihat membawakannya ke permukaan. Kita semua tahu bahwa Trinitas adalah terbaik dikemukakan dengan memakai sebutan, Bapa, Anak, dan Rohulkudus. Demikian juga kita mengemukakan sifat-sifat Allah itu dalam tiga sebutan, yaitu, tak terhingga kehadiran-Nya, tak terhingga ilmu-Nya, tak terhingga kuasa-Nya. Keistimewaan ini dapat diperluas sebesar-besarnya.

 

Jika tiga adalah simbol dari Tritunggal Yehovah, maka empat harus menunjukkan apa yang keluar dari Dia, seperti yang diungkapkan dalam kejadian dunia. Cherubium terdiri dari empat mahluk hidup, yang masing-masingnya secara berturut-turut memiliki wajah seekor singa, seekor anak lembu, seorang manusia, dan seekor burung garuda. Ada empat bagian bumi, yaitu Timur, Utara, Selatan, dan Barat, yang merupakan ungkapan kelengkapan arah; sama halnya: musim dingin, musim bunga, musim panas, dan musim gugur meliputi suatu putaran musim-musim yang lengkap. Sudah kita saksikan bahwa ada empat kerajaan di dalam sejarah dunia semenjak dari kejadian sampai kepada penyaliban Yesus. Dapat juga kita catat akan kenyataan yang berkaitan dengan pokok masalah ini, bahwa terdapat suatu kombinasi dari rangkap tiga dengan rangkap empat seperti yang jelas terlihat dalam pekerjaan menciptakan dunia dahulu, dimana empat hari yang pertama telah digunakan dalam membentuk bola dunia ini, dan tiga hari sisanya itu dalam menciptakan mahluk-mahluk hidup dan mencapai puncaknya pada suatu istirahat Sabat. Hari yang ke-empat melihat selesainya penciptaan barang-barang materi, dan pada hari yang ke-lima dan ke-enam, ialah mengisi bumi dengan penduduknya. Di dalam buku Wahyu di bawah judul tujuh meterai, kita perhatikan bahwa empat meterai yang pertama itu jelas-jelas dipisahkan dari tiga meterai yang terakhir oleh simbol-simbol dari empat ekor kuda. Dengan demikian terlihat bahwa ukuran empat rangkap dalam masing-masing kasus mendahului tiga rangkap, sama seperti dalam urutan kejadian dunia, masing-masing pembagian mencapai puncaknya dalam tujuh yang sempurna. Karena alasan inilah ada empat bagian dalam patung besar dari Daniel Dua, empat binatang dalam khayalnya Daniel, empat sayap dan empat kepala pada harimau kumbang dengan siapa nomor-nomor dalam cara urutan itu berakhir. Dengan demikian terbukti, bahwa Wasiat Lama berakhir dengan suatu nomor simbolis - empat (binatang harimau kumbang). Dengan menunjukkan bahwa semua persediaan yang perlu bagi keselamatan keluarga manusia adalah lengkap di bawah takdir nomor yang terkenal ini, yaitu "empat", sebagaimana ia itu berakhir pada kira-kira waktu penyaliban. Demikianlah angka nomor ini telah digunakan dalam kaitannya dengan kejadian-kejadian yang timbul untuk mengartikan dunia secara luas.

 

 

***